Bisnis.com, JAKARTA—Mayoritas perusahaan di Asia Pasifik bersedia membayar biaya sewa premium untuk dapat menggunakan bangunan dengan sertifikasi ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa yang akan datang.
Chief Executive Officer JLL Asia Pacific Anthony Couse mengatakan bahwa saat ini sekitar 40 persen pengguna real estat di Asia Pasifik menargetkan pengembangan properti dengan emisi karbon nol persen. Selain itu, 40 persen pengguna properti lainnya menargetkan akan melakukan hal yang sama hingga 2025.
“Komitmen perusahaan pengguna real estat untuk mempercepat pencapaian emisi karbon nol persen pada 2025 telah mendorong 50 persen investor untuk memprioritaskan pengembangan properti bersertifikasi ramah lingkungan,” katanya dalam laporan, Senin (12/7/2021).
Upaya dekarbonisasi real estat juga mendorong 80 persen pengguna dari segmen perusahaan lebih memilih lokasi yang membantu mereka mengurangi emisi karbon, sedangkan 65 persen investor akan lebih fokus pada investasi bangunan yang ramah lingkungan.
Laporan JLL yang melakukan survei terhadap lebih dari 550 pemimpin corporate real estate perusahaan juga mencatat 90% perusahaan di Asia Pasifik setuju bahwa mengatasi emisi dari sektor properti sangat penting dalam upaya mencapai target emisi karbon nol persen.
Hal tersebut juga menandakan era baru untuk portofolio sewa dan investasi di industri properti di kawasan regional.
Mayoritas perusahaan penyewa gedung berkonsep ramah lingkungan rela membayar biaya sewa lebih tinggi 7 persen hingga 10 persen, sehingga bisa menjadi tolok ukur bagi bisnis penyewaan di masa depan.
“Bagi perusahaan yang beroperasi di Asia Pasifik, pengurangan penggunaan aktivitas karbon memiliki kaitan erat dengan properti. Para pengguna mengharapkan solusi properti yang dapat mendukung agenda keberlanjutan mereka. Ini akan mendorong investor untuk memprioritaskan investasi hijau, mengarahkan transformasi industri real estat menuju bangunan ramah lingkungan,” katanya.
Selain itu, laporan tersebut juga menyebutkan tiga dari empat perusahaan yang disurvei melihat infrastruktur teknologi yang kurang memadai sebagai sebuah rintangan dalam mencapai target tersebut.
Chief Research Officer JLL Asia Pacific Roddy Allan menuturkan bahwa masyarakat di kawasan Asia Pasifik cenderung beralih ke bangunan ramah lingkungan dalam upaya mengatasi risiko iklim.
Perusahaan pun bersedia membayar harga premium untuk mendapatkan properti yang mampu memenuhi kebutuhannya tersebut.
“Kalangan dunia usaha mulai memperlihatkan tanggung jawab yang lebih besar untuk mengambil tindakan nyata melalui portofolio properti mereka. Portofolio ini akan bergantung pada kemitraan antara penyewa dan investor untuk mengubah target keberlanjutan menjadi aksi nyata,” ucapnya.