Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panic Buying Bear Brand, Transmart Carefour Batasi Pembelian Susu

Berdasarkan pemberitaan Bisnis, susu Bear Brand menjadi buruan di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Masyarakat dinilai melakukan panic buying karena menganggap Bear Brand karena dianggap dapat membantu pemulihan pasien Covid-19.
Logo Transmart Carrefour. /Istimewa
Logo Transmart Carrefour. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Trans Retail Indonesia pengelola Transmart Carefour mengambil kebijakan pembatasan pembelian minuman kesehatan seperti susu. Hal ini dilakukan untuk menyikapi kenaikan signifikan dari pembelian produk tersebut. 

Adapun, selain produk susu, Transmart Carefour mencatat tidak ada panic buying dari konsumen di tengah PPKM Darurat Jawa–Bali. “Secara umum tidak ada panic buying. Kami hanya melihat ada kenaikan signifikan untuk penjualan produk minuman kesehatan seperti susu, karena itu kami batasi hanya 10 unit demi menghindari aksi penimbunan dan spekulan,” kata Vice President Corporate Communication PT Trans Retail Indonesia Satria Hamid, Senin (5/7/2021).

Satria mengatakan kebijakan ini diterapkan untuk memastikan bahwa produk tersebut dibeli oleh konsumen akhir dan tidak untuk diperjualbelikan lagi dengan harga lebih tinggi. Selain itu, pembatasan pembelian dimaksudkan untuk menjaga pasokan tetap aman.

Dia juga menyebutkan bahwa perusahaan menjamin pasokan bahan pangan pokok, termasuk pangan segar memadai dengan harga normal. Satria bahkan menyebutkan bahwa ritel jaringan Trans Retail menawarkan potongan harga untuk produk-produk kebutuhan sehari-hari.

“Pasokan dan stok aman dengan harga normal [tidak ada kenaikan],” kata dia.

Sementara itu, diberitakan sebelumnya produk susu Bear Brand menjadi barang buruan di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Tagar susu yang mengacu pada merek tersebut bahkan sempat menjadi viral di media sosial Twitter.

Satu video yang viral adalah ketika sejumlah orang menyerbu produk susu beruang atau bear brand itu di sebuah swalayan. Tampak dalam video itu sejumlah konsumen berebut mengambil kantong-kantong bear brand hingga beberapa produk berjatuhan bahkan troli salah satu pembeli terguling.

Terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kenaikan harga pangan selama PPKM Darurat berisiko terjadi jika terjadi gangguan pasokan dan proses distribusi. Dia memperkirakan permintaan akan cenderung melemah dan tidak terlalu memicu kenaikan harga.

“Harus diwaspadai potensi inflasi yang bersumber dari sisi pasokan. Daerah harus mengecek kesiapan distribusi dari petani ke pasar tradisional dan swalayan,” kata dia.

Penyekatan yang diterapkan di sejumlah jalur, kata Bhima, bisa berdampak pada ketepatan pengiriman barang. Penyekatan juga bisa menambah biaya transportasi dan mengerek harga di sisi konsumen.

Sebagaimana diketahui, komoditas pangan menjadi salah satu penyumbang 0,16 persen pada Juni. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,71 persen dengan andil 0,18 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper