Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Dewan Pemerintahan Bank Sentral Eropa (CBDC) Francois Villeroy de Galhau mengatakan kemajuan pesat China dalam mengembangkan yuan digital menimbulkan risiko utama dalam mempertahankan peran internasional euro.
Gubernur Bank of France mendesak para pembuat kebijakan di Eropa untuk bertindak cepat memunculkan solusi pembayaran yang lebih inovatif atau yuan digital berisiko mengikis kedaulatan moneter area euro.
Villeroy mengatakan kemajuan yang dibuat oleh CBDC dan yuan digital sebagai segitiga risiko yang menantang kontrol Bank Sentral Eropa (ECB) atas pembayaran. Dia juga menyoroti penurunan penggunaan uang tunai dan peningkatan aset kripto.
"Risikonya jelas bahwa Eropa akan kehilangan momentum tidak hanya dalam upayanya untuk memperkuat peran internasional euro, tetapi bahkan dalam melestarikannya. Tantangan di sini juga merupakan masalah geopolitik," katanya dilansir Bloomberg, Rabu (30/6/2021).
Rencana China untuk membuat versi digital yuan telah menarik perhatian pemerintah dan bank sentral. Pemerintahan Presiden Joe Biden mempelajari potensi ancamannya terhadap dolar. Sementara itu, Bank Rakyat China (PBOC) telah mencoba menghilangkan ketakutan dengan mengatakan tujuannya bukan untuk menggantikan mata uang, dan bahwa upayanya ditujukan untuk penggunaan domestik.
ECB adalah salah satu bank sentral yang mengambil langkah tercepat dengan upaya mereka sendiri, meskipun tidak akan secara resmi memutuskan sampai Juli apakah akan bergerak maju dengan eksperimen praktis. Sementara para peneliti telah memperingatkan untuk mengambil langkah lebih lama dari otoritas moneter lainnya, Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan proyek itu mungkin memakan waktu sekitar empat tahun.
Baca Juga
Villeroy berpendapat dalam sambutannya bahwa ECB harus mempelajari penggunaan ritel serta bentuk grosir atau antarbank dari setiap potensi euro digital, karena yang terakhir akan sangat penting untuk transaksi lintas batas.