Bisnis.com, JAKARTA - Warga Australia harus membayar mahal untuk produk-produk segar, termasuk mentimun yang harganya mencapai A$3,50 atau Rp38.388 (kurs A$1/Rp10.986) per buah.
Menurut salah satu perkebunan yang banyak memasok mentimun ke pasar Australia, kondisi seperti ini akan terjadi hingga 18 bulan mendatang.
Mengutip ABC Australia, Senin (28/5/2021), perkebunan bernama 4 Ways Fresh yang memproduksi mentimun, capsicum, dan tomat menyebutkan pihaknya telah mengurangi jumlah tanaman mentimun yang mereka kelola di Australia Barat hingga setengahnya.
Mereka mengaku mengalami kesulitan untuk menemukan pekerja pertanian yang akan merawat tanaman, apalagi untuk memetik hasil panen.
General Manager 4 Ways Fresh Kingsley Songer mengatakan bahwa dengan ditutupnya perbatasan internasional, perkebunannya kini kekurangan sekitar 50 persen tenaga kerjanya.
"Biasanya ini adalah waktu di mana seluruh lahan dipenuhi tanaman dan kami dalam kondisi beroperasi penuh, ada 30 orang yang bekerja. Jika ada 200 rumah kaca yang ditanami, kami akan memerlukan jumlah pekerja sebanyak itu untuk menanam, merawat, dan memanen," kata Songer.
Baca Juga
Harga grosir untuk mentimun saat ini naik 25 hingga 30 persen dari biasanya. Di supermarket, sayuran jenis ini dijual seharga A$3,50 atau sekitar Rp38.000 per buah.
"Banyak petani mengurangi tanamannya tahun ini karena mereka agak khawatir dengan ketersediaan tenaga kerja. Kita akan melihat harga yang tetap tinggi untuk tahun ini," jelasnya.
Songer memperkirakan situasi tidak akan membaik sampai perbatasan internasional dibuka kembali. Da menyebut langkah pemerintah mengizinkan masuknya pekerja asal negara Pasifik telah cukup membantu di sejumlah daerah, akan tetapi hal itu tidak bisa menutupi kekurangan tenaga kerja.
Four Ways Fresh memiliki perkebunan dan fasilitas pengepakan di Geraldton, Australia Barat dan Virginia, Australia Selatan, memasok produk segar ke seluruh Australia.
Tahun ini, perusahaan itu diharapkan menghasilkan sekitar 800 ton mentimun dari perkebunan Geraldton, atau 40 persen lebih rendah dari biasanya.
Terlepas dari permasalahan tenaga kerja, Songer mengatakan pihaknya akan tetap dengan melanjutkan pembuatan 100 petak rumah kaca di Geraldton.
"Kami menghadapi masalah tapi kami sudah merencanakan untuk membangunnya kembali tahun ini. Kami tidak akan menanaminya tahun ini namun kami akan siap untuk tahun depan," ujar Songer.