Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksikan Pertumbuhan, Pemerintah Korsel Lebih Optimistis daripada Bank Sentral

Kementerian Keuangan Korea Selatan memproyeksikan produk domestik bruto tumbuh 4,2 persen tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya pada akhir tahun lalu. Inflasi mungkin akan mencapai 1,8 persen, naik dari perkiraan sebelumnya 1,1 per
Pejalan kaki menyeberang di jalan menuju pintu masuk ke museum Bank of Korea (BOK) yang terdapat di tengah kompleks kantor pusat Bank of Korea di Seoul, Korea Selatan./Bloomberg-Jean Chung
Pejalan kaki menyeberang di jalan menuju pintu masuk ke museum Bank of Korea (BOK) yang terdapat di tengah kompleks kantor pusat Bank of Korea di Seoul, Korea Selatan./Bloomberg-Jean Chung

Bisnis.com, JAKARTA - Korea Selatan menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk tahun ini dengan selisih yang lebar setelah memperhitungkan ekspektasi ekspor dan rebound konsumsi yang didukung oleh meningkatnya tingkat vaksinasi dan anggaran tambahan lainnya.

Dilansir Bloomberg, Senin (28/6/2021), Kementerian Keuangan memproyeksikan produk domestik bruto tumbuh 4,2 persen tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya pada akhir tahun lalu. Inflasi mungkin akan mencapai 1,8 persen, naik dari perkiraan sebelumnya 1,1 persen.

Perkiraan terbaru itu lebih optimistis daripada proyeksi terbaru Bank of Korea (BOK) sebesar 4 persen dengan dorongan yang diantisipasi dari pengeluaran tambahan. Pemerintah ingin tetap membuka keran fiskal untuk mendukung sektor-sektor yang mungkin tertinggal dalam rebound, sementara bank sentral berbicara tentang kebijakan normalisasi.

Pemerintah melihat lapangan kerja meningkat 250.000 tahun ini, sementara BOK memperkirakan lebih dari setengah peningkatan itu. Sementara itu, mengenai inflasi, pemerintah dan bank sentral satu suara.

Menteri Keuangan Hong Nam-Ki mengatakan dia tidak melihat alasan mengapa pemerintah dan bank sentral selalu harus bergerak bersama-sama.

Berbicara pada briefing setelah laporan itu dirilis, Hong mengatakan bank sentral mungkin mempertimbangkan kenaikan suku bunga karena ketidakseimbangan keuangan yang telah terakumulasi dalam proses pemulihan dari virus corona, serta aliran uang sepihak.

Ekonomi telah melampaui tingkat prapandemi awal tahun ini karena ekspor melonjak di tengah pembukaan kembali ekonomi utama dan mendorong investasi di dalam negeri.

Sementara hal itu telah memberi bank sentral kepercayaan diri yang cukup untuk mempertimbangkan penarikan langkah-langkah krisis, pemerintah sedang mencari untuk memastikan pemulihan mencapai seluruh perekonomian.

Pemerintah mencatat tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata tetap di bawah yang terlihat sebelum pandemi. Pertumbuhan dan inflasi diperkirakan akan melambat masing-masing menjadi 3 persen dan 1,4 persen pada 2022. Itu akan menempatkan tingkat pertumbuhan rata-rata untuk 2020 hingga 2022 di angka 2,1 persen, di bawah 2,8 persen antara 2017 dan 2019.

Pemerintah mengharapkan ekspor melonjak 18,5 persen tahun ini ke rekor tahunan US$607,5 miliar. Laju kenaikan akan berkurang setelah mencapai puncaknya pada kuartal saat ini, katanya. Konsumsi juga akan pulih, meskipun akan terus mengikuti tingkat pra-pandemi dengan kenaikan 2,8 persen karena perjalanan internasional masih terbatas.

Perekonomian akan mendapat dorongan lebih lanjut jika anggaran tambahan di bawah rancangan pemerintah disetujui. Hong mengatakan pekan lalu kemungkinan akan melebihi 30 triliun won (US$26,5 miliar), untuk menjadikannya salah satu paket stimulus terbesar negara itu sejak pandemi melanda. Usulan itu akan diajukan ke parlemen pada awal Juli.

Pemerintah akan menggunakan dana ekstra untuk memfasilitasi pemulihan konsumsi, termasuk menerbitkan berbagai kupon diskon dan menawarkan cashback pada pengeluaran kartu kredit. Otoritas juga berencana untuk menciptakan lebih dari 150.000 pekerjaan dan memperluas manfaat pekerjaan untuk pariwisata dan sektor jasa lainnya yang masih berjuang.

"Pemerintah akan mencoba memastikan bahwa kapasitas konsumsi yang terakumulasi selama pandemi dilepaskan ke sektor-sektor yang paling menderita akibat virus," kata Wakil Menteri Keuangan Lee Eog-weon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper