Bisnis.com, JAKARTA - Paket insentif di sektor hulu migas yang diberikan pemerintah dinilai bakal membangkitkan keekonomian dari kegiatan yang dikerjakan oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
Adapun, pemerintah telah menyetujui enam dari sembilan paket yang diusulkan yakni penundaan sementara pencadangan biaya kegiatan pascaoperasi atau Abandonment and Site Restoration (ASR). Pengecualian PPN LNG melalui penerbitan PP 48/2020 tentang impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dikecualikan dari Kewajiban PPN.
Insentif lainnya adalah pembebasan biaya pemanfaatan barang milik negara yang akan digunakan untuk kegiatan hulu migas. Penundaan atau pengurangan hingga 100 persen pajak-pajak tidak langsung, Penerapan volume gas yang dapat dijual dengan harga pasar untuk semua skema di atas take or pay dan daily contract quantity, serta penerapan insentif investasi, di antaranya depresiasi dipercepat, perubahan split dan DMO full price.
Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto berpendapat, sebagian besar insentif tersebut akan positif untuk memperbaiki keekonomian kegiatan para KKKS yang sudah beroperasi di Indonesia.
Menurut dia, terkait dengan dampak dari pemberian insentif itu perlu dilihat pada meningkat atau tidaknya aktivitas kegiatan operasi produksi dan pengembangan beserta alokasi anggaran investasinya.
Sementara itu, untuk menarik investasi baru dalam kegiatan eksplorasi, terutama eksplorasi skala besar untuk penemuan lapangan-lapangan besar, kemungkinan belum akan terlihat.
"Masih tergantung pada banyak faktor lain dalam hal seberapa kompetitif prospek yang ditawarkan dibandingkan dengan yang ditawarkan di negara-neegara lain dan juga portofolio investasi perusahaan-perusahaan besar global saat ini," katanya kepada Bisnis, Minggu (20/6/2021).
Senada, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menilai paket insentif yang diberikan pemerintah sangat bagus dan memang akan membantu keekonomian lapangan.
Namun, efektif atau tidaknya dalam menggaet investor baru masih perlu ditinjau lebih jauh tentang seberapa baiknya hasil dari lelang wilayah kerja migas yang ditawarkan pemerintah.
Secara garis besar, Moshe menilai paket inseintif tersebut cukup memfasilitasi kontraktor-kontraktor eksisting dan juga para calon-calon investor. Namun, kondisi eksternal masih cukup memberikan pengaruh besar terhadap minat investasi perusahaan migas.
"Saat ini dunia masih dalam kondisi krisis, pandemi ini belum tuntas, masih juga banyak ketidakpastian pasar. Intinya investor masih sangat berhati-hati," katanya kepada Bisnis, Minggu (20/6/2021).