Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenapa Produk Makanan Industri Kecil Sulit Ekspor? Begini Penjelasan Menperin

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartadasmita menyebut akan terus mendukung industri kecil dan menengah (IKM) dalam meningkatkan kualitas serta membangun branding, mulai dari peningkatan nilai tambah sampai dengan pemasaran.
Gula kelapa. Pemerintah akan menerapkan sistem keterlacakan pada industri gula kelapa di Kabupaten Banyumas. /JIBI
Gula kelapa. Pemerintah akan menerapkan sistem keterlacakan pada industri gula kelapa di Kabupaten Banyumas. /JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartadasmita menyebut akan terus mendukung industri kecil dan menengah (IKM) dalam meningkatkan kualitas serta membangun branding, mulai dari peningkatan nilai tambah sampai dengan pemasaran.

Kementerian Perindustrian juga akan melakukan bimbingan pasa IKM untuk dapat menentukan strategi yang tepat dalam beradaptasi, memperkuat inovasi dan teknologi, serta membaca tren dan kebutuhan pasar. Hal itu guna menjawab tantangan eskpor saat ini.

IKM makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor yang dipacu pengembangannya. IKM makanan dan minuman (mamin) saat ini berjumlah sekitar 1,68 juta unit usaha atau 38,27 persen dari total unit usaha IKM secara keseluruhan. Jumlah tersebut mampu menyerap hingga sekitar 3,89 juta tenaga kerja.

"Produk IKM mamin Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memenuhi pasar dalam negeri serta pasar ekspor. Di era pasar global, peluang ekspor produk Indonesia terbuka lebar tetapi hal ini juga menjadi tantangan tersendiri karena pelaku usaha akan bersaing dengan kompetitor dari negara lain," katanya melalui siaran pers, Minggu (20/6/2021).

Menurut data dari salah satu e-commerce global, banyak produk mamin yang tersedia di Indonesia memiliki potensi pasar ekspor yang tinggi seperti aneka tepung (tepung tapioka, tepung sagu), aneka buah kering (mangga, nangka, buah naga, pepaya), keripik buah (nangka, pisang, singkong), gula palma, kopi, teh, bubuk kelor, olahan kelapa (bubuk kelapa, VCO), dan rempah (bubuk lada, bubuk kayu manis).

Namun, Agus menyebut karena para pelaku IKM mamin masih perlu meningkatkan pengetahuan akan akses pasar global, maka pasar ekspor produk-produk potensial tersebut pada saat ini masih didominasi dari negara lain seperti Vietnam dan Thailand. Hal ini menunjukkan Indonesia perlu memanfaatkan peluang pasar ekspor.

Menurut Agus untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut dan bersaing dengan negara lain, faktor penting yang harus diperhatikan oleh IKM mamin adalah pemenuhan keamanan dan mutu produk sesuai standar-standar yang ditentukan, penggunaan teknologi proses yang efisien dan inovatif, serta pengembangan produk menyesuaikan dengan permintaan pasar.

Aneka produk hilir mamin, termasuk keripik dan kerupuk, perlu terus ditingkatkan daya saingnya dengan memperhatikan standar-standar seperti GMP (Good Manufacturing Practices) atau Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

"Kemudian, tentu memiliki kemasan yang menarik dan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Selain itu, penggunaan mesin dan teknologi peralatan juga diperlukan untuk menjaga kualitas produk pangan yang dihasilkan," ujarnya.

Selain itu, Agus mengatakan produk IKM mamin juga membutuhkan sertifikasi sistem keamanan pangan agar dapat diterima di pasar global. Selain menghasilkan produk hilir yang berkualitas, IKM mamin juga telah mampu menghasilkan produk bahan baku yang dapat menjadi substitusi impor, seperti tepung mocaf, sagu, hingga porang.

Peningkatan nilai tambah IKM mamin melalui efisiensi, inovasi dan teknologi dengan menerapkan industri 4.0 merupakan salah satu fokus Kemenperin. Penerapan industri 4.0 di sektor IKM sudah dilakukan dari sisi hulu sampai kepada pemasaran, meliputi pembangunan material center untuk menjamin ketersediaan bahan baku yang mudah dijangkau oleh IKM dan dengan harga yang bersaing.

Selanjutnya, penerapan sistem traceability pada produksi gula kelapa di Kabupaten Banyumas. Kemudian, pemanfaatan teknologi digital melalui program e-Smart IKM untuk pemasaran produk IKM yang telah dijalankan Kemenperin sejak 2017.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ipak Ayu
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper