Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Peningkatan Ekspor Udang, Menteri KKP Paparkan Strateginya

Beberapa tantangan pada subsektor perikanan budidaya, salah satunya adalah pakan yang merupakan komponen dengan biaya produksi terbesar.
Kincir angin tambak udang. /Solopos
Kincir angin tambak udang. /Solopos

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong penuh program peningkatan ekspor udang nasional.

Hal tersebut disampaikan Menteri KKP Trenggono dalam acara Shrimp Talks : Support the Target of 250% Increase in Shrimp Export Value dalam rangka Dies Natalis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran ke-16 di Universitas Padjadjaran Bandung, dikutip dari keterangan resminya, Senin (14/6/2021).

"Udang merupakan komoditas perikanan yang paling banyak diminati pasar global. Dalam kurun waktu 2015 – 2019 udang merupakan permintaan pasar nomor dua setelah salmon. Indonesia sendiri selama kurun waktu tahun 2015-2020 berkontribusi terhadap pemenuhan pasar udang dunia rata-rata sebesar 6,9 persen. Potensi pasar ini harus kita garap, khususnya pasar yang memberikan nilai tinggi terhadap udang produksi Indonesia, agar Indonesia mampu menguasai pasar udang dunia," katanya. 

Untuk mendukung hal tersebut bisa tercapai, ia memaparkan beberapa program yang telah disiapkan kementeriannya guna meningkatkan produksi dan ekspor udang nasional.

Sejumlah kebijakan yang dimaksud antara lain revitalisasi tambak dengan membangun infrastruktur atau sarana dan prasarana sebagai percontohan kawasan udang bagi masyarakat, penyederhanaan perizinan usaha tambak udang, serta pembangunan Model Shrimp Estate untuk budidaya udang dari hulu ke hilir.

Shrimp Estate sendiri merupakan budidaya udang berskala memadai dengan proses budidaya dari hulu hingga hilir berada dalam satu kawasan dengan proses produksi berteknologi. Tujuannya, supaya hasil panen lebih optimal, mencegah penyakit, serta lebih ramah lingkungan agar prinsip budidaya berkelanjutan tetap terjaga.

Namun dalam implementasinya, Trenggono menjelaskan beberapa tantangan pada subsektor perikanan budidaya, salah satunya adalah pakan yang merupakan komponen biaya produksi terbesar.

Untuk itu, kerja sama antara pemerintah dengan produsen pakan nasional harus berjalan beriringan untuk mencapai biaya komponen pakan yang lebih efisien. Dia pun berharap kepada para peneliti agar dapat terus melakukan pengembangan dalam inovasi pakan di Indonesia.

“Selanjutnya saya mengimbau kepada para peneliti, khususnya di perguruan tinggi untuk selalu melakukan inovasi dan riset dalam rangka mengurangi ketergantungan bahan baku impor dan bahan baku yang berasal dari penangkapan,” ucap Menteri Trenggono.

Nilai ekspor udang nasional pada 2019 menempatkan Indonesia di urutan kelima eksportir udang dunia, di bawah India, Ekuador, Vietnam, dan China, dengan pangsa pasar 7,1 persen. Adapun, total volume produksi udang sebesar 239.227 ton dengan nilai ekspor udang Indonesia sebesar US$2,04 miliar. 

Namun, ia juga mengingatkan pengelolaan produksi dari budidaya udang harus dilakukan secara bertanggung jawab dengan menerapkan prinsip berkelanjutan.

“Kebijakan KKP dalam pemanfaatan sumber daya tidak hanya mengeksploitasi sebesar-besarnya untuk kepentingan ekonomi, namun harus memperhatikan lingkungan dan keberlanjutan, sehingga pembangunan kelautan dan perikanan di masa depan dapat menyeimbangkan antara ekologi dan ekonomi sesuai dengan arah masa depan ekonomi dunia, yaitu menuju ekonomi biru,” ucap Menteri Trenggono.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper