Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Swiss Tolak Retribusi Tinggi Emisi CO2, Target Netral Karbon 2050 Terancam

Proposal tersebut akan menaikkan pajak maksimum emisi karbon dioksida menjadi 210 franc (US$234) per ton dari sebelumnya 120 franc.
Bendera nasional Swiss di Bern/ Bloomberg - Stefan Wermuth
Bendera nasional Swiss di Bern/ Bloomberg - Stefan Wermuth

Bisnis.com, JAKARTA - Swiss membatalkan rencana untuk mengurangi emisi karbon setelah pemungutan suara memutuskan pemerintah kembali pada komitmen di bawah Perjanjian Iklim Paris 2015.

Pemilih menolak retribusi CO2 yang lebih tinggi sebesar 51,6 persen menjadi 48,4 persen, terpengaruh oleh klaim bahwa tindakan itu terlalu mahal. Dalam pemungutan suara terpisah, mereka menyetujui tanggapan pemerintah terhadap Covid-19, termasuk bantuan keuangan untuk bisnis.

"Banyak orang ingin memperkuat perlindungan lingkungan tetapi tidak dengan cara ini, tidak dengan undang-undang ini. Pemerintah telah memahami pesan ini," kata Menteri Lingkungan dan Transportasi Simonetta Sommaruga, dilansir Bloomberg, Senin (14/6/2021).

Proposal tersebut akan menaikkan pajak maksimum emisi karbon dioksida menjadi 210 franc (US$234) per ton dari sebelumnya 120 franc. Usulan itu juga akan memperkenalkan biaya tambahan baru untuk tiket pesawat dan penggunaan jet pribadi.

Swiss menargetkan untuk mencapai netral karbon pada 2050, salah satu dari sejumlah negara yang telah menetapkan tenggat sebagai bagian dari upaya untuk membatasi pemanasan global.

Namun, mencapai tujuan itu akan membutuhkan pengurangan signifikan terhadap emisi karbon dioksida dari transportasi, konstruksi dan industri.

Pemerintah kini harus mencari alternatif yang perlu disahkan oleh parlemen dan dapat menghadapi pemilihan umum lainnya. Pemerintah menghadapi kesulitan serupa ketika mereformasi perpajakan perusahaan.

Pemilih akhirnya menyetujui perombakan aturan pajak pada 2019 setelah mereka membatalkan proposal dua tahun sebelumnya. Partai-partai politik menengahi kompromi yang akhirnya memungkinkan reformasi berjalan terus.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper