Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha e-commerce meyakini peluang platform dagang-el untuk memperluas jangkauan penjualan ritel masih luas. Tetapi, pelaku usaha masih berhadapan dengan sejumlah tantangan.
“Untuk memperluas jangkauan konsumen, seluruh pelaku digital masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sosialisasi dan edukasi terkait ini [belanja daring] masih dibutuhkan untuk meraih kepercayaan dan loyalitas konsumen,” kata Ketua Umum Asosiasi ECommerce Indonesia (idEA) Bima Laga, Kamis (3/6/2021).
Riset yang dirilis oleh Momentum Works, perusahaan venture builders yang berbasis di Singapura, menunjukkan penjualan ritel lewat e-commerce tumbuh pesat dari US$2,7 miliar pada 2016 menjadi US$32,12 miliar pada 2020.
Transaksi tetap didominasi oleh perdagangan dalam negeri dengan sumbangsih sebesar US$27,7 miliar dan untuk perdagangan lintas batas senilai US$4,5 miliar. Tetapi, pertumbuhan tahunan untuk perdagangan lintas batas tumbuh lebih tinggi yakni 105 persen dalam kurun 2016 sampai 2020.
Meski tidak bisa memperkirakan berapa besar sumbangan e-commerce dalam perdagangan ritel secara nasional, Bima mengatakan ruang untuk tumbuh tetap terbuka lebar. Dia pun tak khawatir pulihnya kunjungan ke ritel tradisional maupun modern akan menggerus transaksi lewat e-commerce.
“Kami tetap optimistis e-commerce akan tumbuh pesat. Meski kunjungan ke pusat perbelanjaan sudah mulai ramai, tetapi kita sadari bahwa masih ada batasan dalam pola interaksi dan beraktivitas dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi potensi e-commerce berkembang menjadi peritel masih cukup tinggi,” kata dia.
Baca Juga
Momentum Works sendiri mencatat penjualan ritel lewat e-commerce memiliki sejumlah peluang. Perdagangan dinilai bisa berjalan lebih efisien dengan rantai yang lebih pendek karena masyarakat bisa membeli langsung dari produsen. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan oleh konsumen maupun penjual menjadi lebih sedikit.
Di sisi lain, penjual bisa mengetahui tren permintaan terkini dengan data yang tersedia. Sementara konsumen diuntungkan dengan informasi ketersediaan barang saat berbelanja secara daring.
Di sisi lain, studi yang dirilis Euromonitor International juga menunjukkan nilai penjualan ritel melalui e-commerce di Indonesia tumbuh 53 persen pada 2020 seiring dengan dibatasinya mobilitas dan beralihnya perilaku masyarakat dalam berbelanja produk grocery.
Dalam pemeringkatan peritel terbaik di Indonesia pada 2020, Euromonitor menempatkan 2 platform e-commerce besar pada peringkat pertama dan kedua, yakni Tokopedia dan Shopee. Kedua raksasa e-commerce ini mengungguli jaringan ritel modern di bawah Salim Group seperti Indomaret dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. dengan Alfamart-nya.