Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengungkapkan penyebab utama merosotnya kinerja produksi hulu minyak dan gas bumi dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR pada Rabu (2/6/2021), Arifin mengatakan bahwa dalam 2 tahun terakhir permintaan energi fosil itu mengalami penurunan sehingga kontraktor kontrak kerja sama banyak yang mempertimbangkan untuk melanjutkan program peningkatan.
"Lima belas KKKS [kontraktor kontrak kerja sama] besar ini umumnya di bawah rata-rata dari target," ujar Arifin.
Penyebab lain adalah menurunnya produksi dalam negeri adalah kondisi banyaknya sumur migas yang saat ini sudah berusia tua sehingga membuat kinerja pengeboran minyak mengalami penurunan.
Pada beberapa sumur, lanjut Arifin, kandungan air yang keluar dari proses pengeboran lebih banyak dibandingkan jumlah minyak yang dihasilkan. Kondisi yang disebut water cut tersebut telah banyak dialami KKKS.
Dengan kondisi itu, banyak KKKS yang meninggalkan sumur-sumur tersebut karena sudah tidak lagi mencapai nilai keekonomiannya.
"Yang harus kita perhatikan juga dari tahun ke tahun memang kondisinya agak menurun karena sumur kita yang sudah menurun produktivitasnya dan beberapa sumur akan berkurang apabila indikasi water cut. Inilah yang menyebabkan sumur tua ditinggalkan KKKS sebelumnya karena lebih banyak produksi air dibandingkan dengan minyak," jelasnya.
Sepanjang Januari 2021—20 Mei 2021, Kementerian ESDM mencatat realisasi lifting migas dalam negeri telah mencapai 1.59 juta barel minyak ekuivalen per hari (boepd). Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan target APBN 1.71 juta boepd dan proyeksi pada tahun ini 1.66 juta boepd.
Adapun, perinciannya adalah realisasi lifting minyak hingga Mei 2021 adalah sebesar 630.000 bopd (barel per hari), sedangkan lifting gas bumi 1.000 MMscfd.