Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) memperkirakan sel surya akan menjadi komoditas strategis di masa depan, seiring semakin meningkatnya pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) secara global.
Ketua Umum AESI Fabby Tumiwa mengatakan bahwa energi surya akan memainkan peran penting dalam agenda transisi energi global.
Menurut skenario International Energy Agency (IEA), energi surya dan angin diperkirakan akan memasok 70 persen permintaan energi dunia di 2050. Kapasitas terpasang PLTS pun diproyeksikan akan meningkat dari 160 gigawatt (GW) pada saat ini menjadi 650 GW pada 2030.
"Dengan agenda transisi energi global, seluruh dunia akan bersamaan akses teknologi PLTS. Kita harus antisipasi ke depan bahwa sel surya akan jadi komoditas strategis di masa depan, mungkin ini serupa komunitas minyak bumi di era sekarang," ujar Fabby dalam acara pelantikan pengurus Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) periode 2021-2024 secara virtual, Jumat malam (21/5/2021).
Guna mengantisipasi hal tersebut, AESI menilai industri sel surya dalam negeri harus mulai didorong. Pengembangan industri sel surya akan menciptakan jaminan keamanan pasokan energi nasional dengan harga terjangkau, sekaligus mengamankan proses transisi energi nasional dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT).
"AESI menilai bahwa kita harus mulai melihat teknologi PLTS tidak saja sebagai urusan TKDN atau SNI, tapi saya ingin mengajak mulai melihat kita butuh kembangkan industri surya dalam negeri," kata Fabby.
Dengan adanya transisi energi, lapangan kerja di industri ekstraktif diperkirakan akan semakin berkurang. Oleh karena itu, pengembangan industri sel surya juga diharapkan dapat mendorong penciptaan lapangan kerja baru.