Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang April Diperkirakan Masih Surplus, tapi Angkanya Turun

penurunan surplus neraca dipengaruhi oleh laju bulanan ekspor yang melambat lebih dalam dibandingkan laju bulanan impor.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan pada April diprediksi tetap akan surplus. Akan tetapi, angkanya menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Februari lalu, neraca perdagangan tercatat US$1,57 miliar. Berdasarkan konsesus Bloomberg, rata-rata neraca pada April berdasarkan pengamatan para ekonom sebesar US$1,03 miliar. Estimasi tertinggi US$2 miliar dan terendah defisit US$0,2 miliar.

VP Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa penurunan surplus neraca dipengaruhi oleh laju bulanan ekspor yang melambat lebih dalam dibandingkan laju bulanan impor.

Kinerja ekspor ditopang oleh peningkatan harga komoditas seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan bijih besi.

“Selain itu, aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan India menunjukkan tren peningkatan pada bulan April yang lalu. Ini terindikasi dari indeks PMI [purchasing managers index] manufaktur dari negara-negara tersebut dan secara global,” katanya, Minggu (16/5).

Sementara di sisi impor, Josua menjelaskan bahwa kinerja didorong oleh barang masuk bahan baku yang sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur domestik. Bulan lalu, PMI mencatatkan rekor dengan level tertinggi di level 54,6.

Aktivitas impor juga didorong oleh masuknya barang konsumsi karena aktivitas domestik yang menunjukkan tren peningkatan pada Ramadhan. Ini terlihat dari indeks keyakinan konsumen dan ekspektasi peningkatan penjualan ritel pada April sehingga volume impor pun diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas konsumsi domestik dan produktivitas dari sisi produksi.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan bahwa aktivitas ekspor Indonesia dibantu oleh negara maju yang sudah mulai bangkit, sedangkan impor karena konsumsi yang mulai membaik, tetapi masih belum pulih. Inilah yang membuat neraca perdagangan surplus semakin tipis.

“Impor walaupun meningkat ini belum sepenuhnya membawa ke kondisi normal karena kita masih di tengah pandemi. Ekonomi akan membaik kalau pandemi tertanggulangi dengan baik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper