Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Pakaian Jadi Masih Dikeluhkan Pengusaha TPT Lokal

Saat ini utilisasi industri hulu TPt terpantau masih stagnan di level 60 persen.
Penjual bahan kain menata dagangannya di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta, Jumat (14/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Penjual bahan kain menata dagangannya di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta, Jumat (14/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menilai Lebaran kali ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu dalam mendorong kinerja industri TPT.

Kendati demikian, maraknya penjualan pakaian impor khususnya di marketplace menjadi sorotan besar saat ini.

Analis Kebijakan Industri dan Perdagangan Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Farhan Aqil Syauqi mengatakan saat ini masyarakat sudah cenderung dapat beraktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan. Sejalan dengan hal itu belanja online juga meningkat.

"Hanya saja impor pakaian jadi di marketplace ini besar sehingga jika safeguard pakaian jadi sudah ditetapkan dan dilaksanakan dengan efektif pasti akan terasa bagi industri TPT meski hanya sementara karena industri butuh kepastian pasar dalam negeri," katanya kepada Bisnis, Minggu (16/5/2021).

Farhan menyebut saat ini utilisasi industri hulu terpantau masih stagnan di level 60 persen. Adapun utilisasi yang turun akibat shipment yang sulit dan bahan baku khususnya purified therephalic acid (PTA) yang kurang.

Dia juga menilai secara keseluruhan daya beli masyarakat saat ini belum pulih ditambah adanya pembatasan pusat perbelanjaan masih menjadikan penjuaan belum sepenuhnya kembali seperti sebelum Ccovid-19.

Direktur Eksekutif Ikatan Ahli Tekstil Indonesia (Ikatsi) Riza Muhidin sebelumnya pernah menghitung jika 130.000 ton garmen yang selama ini diimpor bisa disubstitusi oleh produk dalam negeri maka perekonomian negara akan mendapat benefit yang sangat besar karena dampaknya bukan hanya untuk industri garmen itu sendiri, tetapi juga untuk produsen di mid-stream dan di up-stream.

"Kita bisa lihat bahwa safeguard tidak hanya menghemat US$850 juta devisa, tetapi juga mendorong kegiatan produksi sebesar Rp22,6 triliun atau US$1,5 miliar," ujar Riza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper