Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tikus Ancam Produksi Gandum Australia, Berefek ke Indonesia?

Serangan hama tikus dilaporkan terjadi di New South Wales, Australia dan mengancam produksi gandum yang berdampak pada kinerja ekspor.
Ladang gandum/
Ladang gandum/

Bisnis.com, JAKARTA - Australia tengah memikirkan solusi untuk menghadapi serangan hama tikus yang menyerang produk pertanian di negara tersebut. Para petani di Negeri Kanguru bahkan mempertimbangkan penggunaan racun yang selama ini terbatas peredarannya untuk membasmi hewan pengerat tersebut.

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (13/5/2021), video viral yang beredar di media sosial memperlihatkan bagaimana tikus-tikus berkeliaran di silo berlapis baja. Serangan hama ini bahkan memaksa pemerintah negara bagian New South Wales untuk menggelontorkan anggaran sebesar US$39 juta untuk memberantas serangan hama ini.

Selain itu, pemerintah setempat juga menanti izin Pemerintah Federal untuk penggunaan Bromadiolone, salah satu pestisida yang biasanya dilarang di Australia.

"Bromadiolone adalah racun terampuh yang bisa kami peroleh di manapun dan bisa membunuh tikus-tikus ini dalam kurun 24 jam," kata Menteri Pertanian Negara Bagian New South Wales Adam Marshall.

Serangan hama ini mengakibatkan gangguan pada panen produk serealia di New South Wales dan Queensland. Ekspor sorgum bahkan terkontaminasi kotoran hewan pengerat tersebut sehingga kualitas turun dan memicu pembatalan kontrak pembelian.

"Dari sisi ekspor, tidak ada toleransi untuk kotoran tikus. Ia sulit dibersihkan, bahkan nyaris mustahil," kata Chief Executive Lachstok Consulting Nich Carracher.

Selain masalah kontaminasi, serangan hama diperkirakan akan mengganggu masa tanam pada musim dingin untuk komoditas seperti gandum dan jelai. Meski Australia diprediksi akan menikmati produksi yang baik pada musim ini, serangan hama bisa memengaruhi proyeksi positif tersebut.

Carracher mengatakan tikus-tikus acap kali menyerang benih yang baru disemai dan belum memasuki masa perkecambahan. Situasi ini dia sebut amat mengancam kondisi produksi ke depan di kawasan-kawasan yang diserang hama.

Australia sendiri tercatat sebagai salah satu pemasok komoditas serealia untuk Indonesia. Pada 2020, Negeri Kanguru mengekspor 833.479 ton produk serealia, mayoritas adalah gandum. Pada periode yang sama, total impor komoditas serealia Indonesia mencapai 11,6 juta ton.

Di sisi lain, harga gandum di sebagian besar negara eksportir mengalami kenaikan sejak Januari sebagai imbas dari peningkatan permintaan gandum sebagai alternatif pakan selain kedelai. Kondisi ini berpotensi meningkatkan harga tepung terigu di dalam negeri menurut laporan Kementerian Perdagangan.

Sejauh ini, stok tepung terigu nasional berada di angka 991.470 ton dan bisa memenuhi kebutuhan selama 1,8 bulan. Stok ini terdiri atas stok tepung terigu 55.000 ton pada awal Mei menurut laporan Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), 1,2 juta ton gandum setara 936.000 ton tepung terigu, dan stok di Perum Bulog sebanyak 477,16 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper