Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) membutuhkan kapasitas baterai sistem penyimpanan energi atau energy storage system sebesar 1,8 gigawatt hour (GWh) dalam konversi pembangkit listrik tenaga diesel.
Direktur Megaproyek dan Energi Baru Terbarukan PLN M. Ikhsan Asaad mengatakan dalam program konversi PLTD milik PLN, pembangkit listrik tenaga surya menjadi sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang akan dipilih.
Namun, PLTS merupakan jenis EBT yang bersifat intermitten, sehingga diperlukan sistem penyimpanan energi agar listrik yang telah diserap dari matahari pada siang hari bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.
"Pilihan teknologi yang akan digunakan adalah PLTS dan baterai, serta potensi awal diperlukan 600 MWp panel surya, dan kurang lebih 1,8 GWh battery storage," katanya dalam FGD Teknologi PLTS Dan Baterai pada Senin (10/5/2021).
Menurut Ikhsan, dengan porsi bauran EBT Indonesia yang baru mencapai 13,72 persen, maka masih terdapat peluang untuk meningkatkan penetrasi pembangkit listrik EBT di dalam negeri.
Dalam konversi PLTD ke pembangkit EBT, PLN berencana mengonversi 5.200 unit mesin PLTD yang tersebar di 2.130 titik lokasi melalui tiga tahap yang akan dimulai pada tahun ini di sebanyak 200 lokasi dengan kapasitas pembangkit 225 MW. Tahap pertama ini diharapkan dapat commercial operation date pada 2023 atau 2024.
Baca Juga
"Program konversi PLTD Ke pembangkit EBT salah satu pilar transformasi green. Implementasi secara bertahap yang awalnya di 200 lokasi terisolasi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel