Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Dukung Pengabaian Paten Produksi Vaksin di WTO

USTR di bawah Katherine Tai mendukung pengabaian hak paten di WTO.
 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)./Istimewa
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Usai sejumlah dialog digelar dengan industri farmasi dan lembaga terkait, Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) memutuskan untuk mendukung proposal pengabaian hak paten pada produkso vaksin yang bergulir di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

USTR di bawah Katherine Tai menyatakan bergabung dengan upaya untuk meningkatkan pasokan global dan akses vaksin ketika kesenjangan antara negara kaya dan miskin melebar.

Adapun, proposal yang dimaksud yakni yang diajukan oleh India dan Afrika Selatan mengenai pengabaian perjanjian hak kekayaan intelektual terkait perdagangan (Trade-Related Intelectual Property Rights/TRIPs).

"Kami mendukung pengabaian [hak paten] di WTO, kami mendukung apa yang para pendukung pengabaian coba capai, yaitu akses yang lebih baik, lebih banyak kemampuan manufaktur, lebih banyak dosis [vaksin]," kata Tai, dilansir Bloomberg, Kamis (6/5/2021).

Dia melanjutkan bahwa pemerintahan Biden kini akan secara aktif ambil bagian dalam negosiasi untuk teks pengabaian di WTO dan mendorong negara lain untuk mendukungnya. Menurut orang yang dekat dengan masalah ini, Biden telah diberitahu mengenai keputusan sikap itu pada Selaaa lalu.

Namun demikian, dia mengakui perundingan akan memakan waktu dan tidak akan mudah, mengingat kompleksitas masalah dan fakta bahwa WTO adalah organisasi yang digerakkan oleh anggota yang hanya dapat membuat keputusan berdasarkan konsensus.

“Dalam hal seberapa cepat WTO dapat mewujudkannya, akan sangat bergantung pada anggota WTO secara kolektif. Jadi saya adalah orang pertama yang mengakui bahwa kita bergantung pada proses yang tidak akan terjadi dengan mudah,” kata Tai.

Namun begitu, dia menambahkan bahwa ada energi positif dari Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala untuk mengambil kesempatan ini dan melihat apa yang mampu dilakukan wasit perdagangan dunia itu.

Sementara itu, saham Moderna Inc., Pfizer Inc., BioNTech SE, dan Novavax Inc. jatuh setelah pemberitaan tersebut. Moderna turun 6,2 persen setelah sebelumnya turun paling intraday dalam dua bulan.

Pfizer turun sebanyak 2,6 persen sebelum sedikit terkoreksi saat penutupan. Depository receipt AS atas BioNTech turun sebanyak 8,9 persen. Saham Novavax, yang juga mengembangkan vaksin Covid-19, turun sebanyak 11 persen..

Didukung oleh sejumlah negara berkembang, pengabaian itu ditentang oleh perusahaan farmasi, yang mengatakan rencana itu tidak efektif.

Mereka berpendapat bahwa hanya sedikit negara yang memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih banyak vaksin bahkan jika mereka mengetahui formulanya. Selain itu, pasokan bahan yang dibutuhkan secara global terbatas, dan membangun pabrik baru dengan teknologi yang diperlukan untuk memproduksi vaksin bisa memakan waktu bertahun-tahun.

“Perubahan dalam kebijakan Amerika ini tidak akan menyelamatkan nyawa,” kata Stephen Ubi, Presiden dan CEO PhRMA, kelompok lobi industri biofarma.

Dia berpendapat, keputusan ini tidak mengatasi tantangan nyata untuk mendapatkan lebih banyak dosis vaksin, termasuk distribusi jarak jauh dan ketersediaan bahan mentah yang terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper