Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia menegaskan negosiasi dengan Tsingshan Steel terkait rencana kerja sama pembangunan smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara, masih berjalan.
Hal itu disampaikan oleh Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama.
"Kami masih melakukan pembicaraan dengan Tsingshan," ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Selain masih membahas kemungkinan kerja sama dengan investor asal China tersebut, Riza juga menegaskan bahwa Freeport tetap berkomitmen untuk melaksanakan pembangunan smelter di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur. "Dua opsi tersebut masih ada," kata Riza.
Sebelumnya, negosiasi antara Freeport dan Tsingshan disebut-sebut telah masuk tahap finalisasi dan ditargetkan mencapai kesepakatan pada akhir Maret lalu. Rencananya pabrik smelter yang akan dibangun itu memiliki kapasitas input kurang lebih 2,4 juta ton konsentrat tembaga.
Salah satu pemegang saham Freeport Indonesia, Freeport-McMoRan Inc. (FCX), juga menyampaikan bahwa negosiasi dengan pihak ketiga untuk mengembangkan kapasitas smelter baru di lokasi alternatif masih dalam proses.
Kathleen Quirk, EVP and Chief Financial Officer Freeport-McMoRan Inc., mengungkapkan bahwa hingga akhir Maret 2021, Freeport Indonesia dan pihak ketiga, dalam hal ini Tsingshan, belum mencapai kesepakatan yang bisa diterima.
"Jadi ada negosiasi ekstensif yang maju mundur sepanjang kuartal pertama. Hingga akhir Maret, kami belum mencapai kesepakatan dan secara pararel kami terus maju dengan proyek lain. Di suatu titik kami harus membuat keputusan. Kami belum memfinalisasi keputusan itu tetapi kami terus mengerjakan proyek greenfield kami dan tidak hanya bergantung pada pihak ketiga," kata Kathleen dalam conference call kinerja kuartal I/2021, Kamis (22/4/2021).
Vice Chairman, President & CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson menambahkan bahwa keputusan terkait opsi pembangunan smelter Freeport Indonesia berada di tangan Pemerintah Indonesia. Pihaknya secara intens mendiskusikan hal ini dengan Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM, serta mitra pemegang saham untuk memutuskan apa yang terbaik.