Bisnis.com, JAKARTA - Senior Economist Asian Development Bank (ADB) James Villafuerte menyampaikan bahwa masih ada sejumlah risiko yang dihadapi Indonesia dalam mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 pada tahun ini.
Salah satunya, kemungkinan akan terjadi lonjakan kasus Covid-19, terutama pada periode Ramadan, di samping adanya ancaman pasokan vaksin Covid-19 yang terbatas, yang tidak hanya terjadi di dunia tetapi juga di Indonesia.
Di samping itu, pihaknya juga melihat laju investasi langsung belum akan pulih secara cepat serta stimulus finansial yang kurang kuat.
“Juga ada keterbatasan keyakinan konsumen, meski aktivitas ekonomi telah dibuka secara parsial, keyakinan konsumen masih di zona pesimis dan peningkatannya sangat lambat,” katanya dalam webinar, Rabu (28/4/2021).
Lebih lanjut, dia menyampaikan penyaluran kredit perbankan ke dunia usaha yang sangat lambat hingga kuartal I/2021 juga dikhawatirkan akan menghambat pemulihan ekonomi ke depan.
Oleh karena itu, menurutnya percepatan vaksinasi Covid-19 adalah kunci utama untuk mendorong aktivitas ekonomi bisa kembali pulih.
Baca Juga
Adapun, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan mencapai 4,5 persen dan akan meningkat menjadi 5 persen pada 2022.
Untuk mendorong pertumbuhan ke level tersebut, James menilai ada beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia. Pertama, meningkatkan kapabilitas dan memperkuat sistem kesehatan dalam menghadapi krisis, serta meningkatkan kualitas SDM.
Kedua, menjalankan program jaring pengaman sosial secara fleksibel. Pasalnya, pandemi Covid-19 diperkirakan masih akan berlangsung lama ke depan.
Ketiga, menghubungkan kembali pasar dan menciptakan lapangan kerja, juga meningkatkan konsumsi domestik. “Langkah yang bisa dilakukan adalah mengintensifkan upaya vaksinasi dan fokus pada kota-kota yang dampaknya sangat tinggi sehingga aktivitas ekonomi bisa dibuka lebih cepat di kota-kota tersebut”.