Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengharapkan kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN lebih baik ke depan mengingat perannya yang cukup penting dalam pengembangan kinerja industri hilir atau pengguna khususnya di sektor manufaktur.
Wakil Komite Tetap Industri Hulu & Petrokimia Kadin Indonesia Achmad Widjaja mengatakan manufaktur saat ini menjadi tumpuan dari pemulihan ekonomi Nasional.
Artinya, jika sektor ini disokong apalagi dipenuhi kebutuhan energinya secara merata sesuai dengan instruksi Presiden maka otomatis pada 2030 pertumbuhan ekonomi akan sejalan dengan proyeksi makro yang rerata 5 persen.
"Bahkan tanpa melakukan apapun juga pertumbuhan 5 persen sebenarnya sudah bisa kita capai dengan proyeksi kebutuhan gas oleh industri," katanya dalam diskusi virtual, Rabu (21/4/2021).
Adapun Pertamina mencatat per 2020 permintaan gas terbesar atau 33 persen berasal dari industri, diikuti 30 persen tenaga penggerak, 24 persen industri pupuk, 5 persen pembangkit, dan 2 persen transportasi.
Achmad mengemukakan evaluasi selanjutnya yakni PGN diharapkan dapat memberi pelayanan lebih baik mengingat PGN saat ini menjadi satu-satunya bagian dari kedaulatan energi di Tanah Air ini. Prinsipnya yang dibutuhkan industri hanyalah kepastian harga dan jaminan dalam hal pasok.
"Terakhir setelah Covid-19 ini banyak pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan sehingga dibutuhkan PGN yang mampu menjalankan instruksi Presiden dengan baik. Manufaktur itu kunci jaminan perekonomian yang matang di dalam negeri," ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah industri mengeluhkan kinerja PGN yang belum merata dalam menjalankan penugasan pemberian harga gas industri US$6 per mmbtu sejak setahun ini berlaku.
Satu di antaranya, industri kimia dasar anorganik menyebut belum menerima dampak maksimal dari implementasi kebijakan penurunan tarif gas untuk industri.
"Harga gas US$6 yang sudah berlaku bagi perusahaan kimia dasar anorganik hanya yang di wilayah Jabodetabek, sedangkan di Jawa Timur sebenarnya juga sudah ada yang terima tetapi sekarang PGN sedang kurang supply sehingga harga US$6 dicabut," kata Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi kepada Bisnis belum lama ini.
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan malah mengatakan harga gas industri malah membuat persaingan tidak sehat. Pasalnya penyaluran gas di Jawa bagian Timur, di mana jumlah pasokan lebih rendah daripada alokasi. Alhasil, kekurangan pasokan harus dibayar sangat mahal oleh industri agar utilisasi maksimal.
"Dampaknya terjadi diskriminasi harga gas antara industri yang sama ini menciptakan persaingan usaha tidak sehat oleh penyalur gas di Jawa bagian Timur," katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.