Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan ruang perkantoran di central business district (CBD) Jakarta pada kuartal I/2021 cukup aktif karena didorong oleh penyewa yang melakukan relokasi ke gedung dengan grade lebih baik, menurut konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL).
“Permintaan ruang perkantoran di CBD masih cukup aktif. Tren perpindahan menuju gedung yang lebih baru dengan kualitas lebih baik tetap terjadi," kata Head of Office Leasing JLL Angela Wibawa pada Kamis (15/4/2021).
Angela menambahkan bahwa tingkat hunian di CBD masih stabil di angka 74 persen mengingat tidak ada gedung yang selesai dibangun di kuartal ini.
Head of Research JLL Yunus Karim menyampaikan total penyerapan pada kuartal I tahun ini untuk kawasan CBD adalah -5.400 meter persegi. Tetapi jika melihat secara detail, sebetulnya gedung-gedung perkantoran grade A masih mencatat penyerapan yang positif yakni sebesar 3.600 meter persegi.
Ini terjadi karena tenan masih melakukan relokasi untuk menuju gedung-gedung perkantoran baru dengan grade yang lebih tinggi, sehingga terjadi perpindahan dari gedung grade B dan C ke gedung dengan grade A.
Baca Juga
"Secara umum tenant masih melakukan strategi penghematan, tetapi mereka aktif mencari ruang perkantoran pada akhir kuartal 1 ini, ketika pemerintah mulai menaikkan kapasitas pekerja work from office (WFO) dari 25 persen menjadi 50 persen," kata Yunus.
Untuk tahun ini, JLL memprediksi terdapat tambahan pasokan gedung perkantoran di CBD Jakarta seluas 280.000 meter persegi, sedangkan untuk ruang perkantoran di non-CBD terdapat beberapa permintaan positif di beberapa area salah satunya di Jakarta Selatan.
JLL memperkirakan terdapat gedung-gedung perkantoran yang selesai dibangun tahun depan sehingga rata-rata tingkat hunian di non-CBD menurun. Beberapa gedung perkantoran baru yang diperkirakan selesai berada di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara.
Untuk harga sewa ruang perkantoran, baik CBD dan non-CBD, di Jakarta mengalami penurunan dalam rangka menarik tenant.