Bisnis.com, JAKARTA – Sudah jatuh tertimpa tangga pula, begitulah pepatah yang bisa menggambarkan bisnis properti perkantoran di Indonesia saat ini.
Pertumbuhan ekonomi yang enggan menjauh dari angka 5 persen membuat permintaan properti perkantoran cenderung stagnan, tidak sebanding dengan suplai yang setiap tahunnya bertambah signifikan.
Oleh karena itu, pengembang atau pemilik gedung berlomba-lomba menurunkan harga sewanya untuk menarik minat perusahaan penyewa.
Menurut Senior Director of Office Services Department Colliers International Bagus Adikusumo, angka pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh terhadap permintaan properti perkantoran. Pertumbuhan ekonomi yang tercatat -2,07 persen pada 2020 membuat bisnis properti perkantoran terpukul.
“Ke depannya masih penuh tantangan melihat kondisi saat ini. Untuk 2021, sampai dengan kuartal II masih sangat berat, belum lagi kondisi oversupply. Kemungkinan belum ada pasokan baru sampai 2022,” paparnya.
Permintaan properti perkantoran diprediksi mulai membaik pada 2023 seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang kembali pulih pascapandemi Covid-19. Pada tahun tersebut, masih akan ada penambahan suplai baik di dalam maupun luar central business district (CBD).