Bisnis.com, JAKARTA — Dalam rangkaian Hannover Messe 202: Digital Edition, Kemenperin membagikan kebijakan percepatan implementasi industri 4.0 di sektor farmasi serta kimia dalam sesi talkshow Navigating the Journey of 4.0: Pharmaceutical and Chemical Industry.
Adapun sektor farmasi dan alat kesehatan ini merupakan pendatang dalam prioritas industri 4.0 pemerintah saat ini.
Menurut data Kementerian Kesehatan, sampai tahun ini terdapat 271 industri formulasi farmasi, 17 industri bahan baku farmasi,132 industri obat tradisional, 18 industri ekstraksi hasil alam. Angka tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Produk farmasi dan alat kesehatan di Indonesia telah diekspor ke beberapa negara, seperti Belanda, Inggris, Polandia, Nigeria, Cambodia, Vietnam, Filipina, Myanmar, Singapura, Korea Selatan serta Amerika Serikat.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Arianti Anaya mengatakan pihaknya telah membuat peta jalan untuk mengakselerasi perkembangan industri farmasi dan alat kesehatan menuju industri 4.0.
Arianti menyampaikan peta jalan tersebut mengakselerasi perkembangan industri farmasi dan alat kesehatan, mencakup langkah yang harus dilalui, target perkembangan produk, serta jangka waktu. Target dari peta jalan tersebut adalah kemajuan industri untuk menghasilkan produk bahan baku yang berteknologi tinggi.
“Guna mewujudkan peta jalan tersebut, dibutuhkan sinergi antara stakeholders guna meningkatkan kapabilitas dari pabrik untuk memproduksi alat kesehatan yang diperlukan,” katanya ,dikutip, Kamis (15/4/2021)
Dia menambahkan, pertumbuhan sarana produksi alat kesehatan yang terus meningkat saat ini. Dari 193 perusahaan pada 2015, kini telah mencapai 891 perusahaan pada 2021.
Menurutnya dalam lima tahun terakhir, industri alat kesehatan dalam negeri tumbuh sebanyak 698 industri atau meningkat 361,66 persen.
Sementara itu, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia yang merupakan salah satu perusahaan produsen bahan baku obat dan bahan baku kosmetik, yang dalam operasionalnya tengah berupaya mengimplementasikan pemanfaatan revolusi industri 4.0, sehingga menjadi salah satu perusahaan penerima award INDI 4.0 tahun 2020 dari Kemenperin.
Operation Manager Kimia Farma Sungwun Pharmacopia Randy Kelana mengatakan perusahaan tersebut telah mengimplementasikan industri 4.0 untuk konektivitas. Hal itu dilakukan dengan mengintegrasikan dan mengonsolidasikan anak perusahaan Kimia Farma, sehingga keputusan strategis dapat lebih cepat ditetapkan.
Menurut Randy, konektivitas tersebut bahkan tidak hanya untuk Kimia Farma saja, tetapi untuk semua holding farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Guna meningkatkan efektivitas, perusahaan tersebut telah mengimplementasikan Internet of Things (IOT), dengan setiap sistem saling terhubung dalam jaringan, sehingga dapat menciptakan kinerja yang lebih efektif dan efisien. Lalu pihaknya juga menerapkan digitalisasi untuk administrasi.
Sementara itu, PT Schott Igar Glass salah satu produsen industri kaca alat-alat farmasi juga berupaya mendukung langkah pemerintah untuk menjadikan industri farmasi dan alat kesehatan semakin berdaya saing pada era revolusi industri 4.0.
Sebagai salah satu perusahaan di sektor Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) yang mendapatkan penghargaan INDI 4.0 pada tahun 2020 tersebut, Schott Igar Glass telah mampu mengintegrasikan lini produksi dengan sistem Enterprise Resouce Planning (ERP) dan juga e-procurement system dengan supplier yang transparan dan data yang realtime.
Head of Supply Chain Management Schoot Igor Glass Irawan Budi Utomo mengatakan perusahaan yang dipimpinnya juga telah memiliki business intelligent application untuk mendukung keputusan strategis. Digital e-learning juga telah diimplementasikan untuk pegawai agar bisa mengikuti pelatihan di manapun dan kapanpun.
“Memanfaatkan data di seluruh area bisnis adalah kunci dalam mengimplementasikan industri 4.0,” kata Irawan.