Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Tanggapan Ekonom CORE Terkait dengan Kinerja Dagang Maret

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa total ekspor sepanjang kuartal I mencapai US$48,9 miliar atau naik 17,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja perdagangan luar negeri pada Maret 2021 dinilai ekonom telah menunjukkan pergerakan ekonomi menuju pemulihan. Meski kenaikan impor secara bulanan pada Maret lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, sepanjang kuartal pertama 2021 kenaikan ekspor melampaui pertumbuhan impor.

"Saya kira dalam konteks neraca dagang, postur ini bagus. Kenaikan disebabkan oleh kenaikan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor,” kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi, Kamis (15/4/2021).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa total ekspor sepanjang kuartal I mencapai US$48,9 miliar atau naik 17,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020. Sementara itu, impor sepanjang kuartal I/2021 naik 10,76 persen dari US$39,17 miliar menjadi US$43,38 miliar.

Meski demikian, Rendy memberi catatan tersendiri mengenai kinerja ekspor yang banyak disumbang oleh tren harga komoditas yang tinggi dan berlanjutnya kenaikan permintaan dari China sebagai pendorong. Pemerintah harus mencermati apakah kinerja tersebut bisa bertahan dalam waktu lama.

“Kita tidak bisa kesampingkan fakta bahwa Covid-19 akan terus memengaruhi mengingat ada potensi gelombang lonjakan kasus bisa terulang di Eropa atau Amerika Serikat,” lanjutnya.

Secara umum, Rendy menilai surplus neraca perdagangan barang pada kuartal I/2021 belum cukup untuk membalikkan pertumbuhan ekonomi ke laju positif.

Laju pertumbuhan nasional pada kuartal pertama diperkirakan masih tetap berada pada level negatif karena sejumlah indikator belum menunjukkan pertumbuhan yang solid, di antaranya adalah indeks penjualan riel yang pada Februari masih melanjutkan tren penurunan secara tahunan. Di samping itu, kontribusi ekspor dan impor terhadap PDB pun terbilang masih rendah.

Plt. Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan bahwa neraca perdagangan pada Maret 2021 yang kembali mencetak surplus menunjukkan konsistensi sejak Mei 2020.

“Neraca perdagangan Maret 2021 surplus US$1,56 miliar dengan ekspor nonmigas yang mencapai angka tertinggi selama 2 tahun terakhir. Ekspor nonmigas juga mencapai level tertinggi pada periode yang sama,” kata Susiwijono dalam keterangan kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper