Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memproyeksikan produksi minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari hanya akan bertahan selama 10 tahun sejak ditetapkan pada 2030.
Berdasarkan data yang dipaparkan Kementerian ESDM dalam sebuah webinar belum lama ini, pada 2040 produksi minyak mentah Indonesia akan berkurang menjadi 717.000 barel per hari (bph). Jumlah itu menyusut sekitar 300.000 bph dibandingkan dengan proyeksi produksi minyak mentah pada 2030 sebesar 1,01 juta bph.
Penyusutan itu disebabkan oleh menyusutnya kontribusi dari produksi eksisting menjadi 119.000 bph pada 2040 dibandingkan dengan 2030 sebesar 323.000 bph. Sementara itu, reserve to production pada 2040 menyusut menjadi 80.000 bph dari 229.000 bph pada 2030.
Produksi dari kegiatan eksplorasi juga menyusut menjadi 194.000 bph dari angka pada 2030 sebesar 242.000 bph. Di sisi lain, terjadi peningkatan produksi dari enhanced produksi dari 223.000 bph menjadi 324.000 bph dan peningkatan dari produksi aset migas yang diakuisisi dari 150.000 bph menjadi 170.000 bph.
Dari sisi kebutuhan minyak mentah dalam negeri, Kementerian ESDM memproyeksikan tidak terjadi perubahan pada level 1,49 juta bph pada 2030 dan 2040. Padahal, dengan proyeksi produksi sebesar 1 juta barel per hari, Indonesia masih butuh mengimpor minyak mentah sebesar 324.000 bph.
Dengan demikian, Indonesia diproyeksikan bakal mengimpor minyak mentah sebesar 604.000 bph dengan menyusutnya produksi minyak mentah yang dilakukan di Tanah Air.
Pasalnya, pada 2040 kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri diproyeksikan masih bakal meningkat. Kebutuhan BBM dalam negeri diproyeksikan meningkat menjadi 1,98 juta bph dibandingkan dengan kebutuhan pada 2030 sebesar 1,55 bph.
Kendati demikian, sejak 2030 Indonesia ditarget sudah tidak lagi mengimpor produk gasoline dengan inisiatif yang dilakukan pemerintah melalui penambahan 1 kilang baru dan 4 kilang pengembangan. Di samping itu, mulai 2030 akan ada 440.000 kendaraan dan 257 unit kapal menggunakan bahan bakar gas.
Pemerintah juga bakal terus mengembangkan program biodiesel dan mendorong kendaraan bermotor listrik berbasis baterai guna menekan angka impor BBM. Upaya-upaya itu diharapkan dapat menghemat devisa sekitar US$8,8 miliar per tahunnya mulai dari 2030.