Bisnis.com, JAKARTA — Skema bisnis yang menarik dinilai menjadi faktor kunci untuk menggaet mitra potensi yang akan digandeng dalam menggarap Blok Rokan setelah alih kelola rampung pada Agustus mendatang.
Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan bahwa dengan produksi saat ini yang masih mendekati 200.000 barel per hari dan juga dengan kemungkinan up side potential yang masih besar, baik melalui eksplorasi, pengembangan lanjut, maupun melalui teknologi enhanced oil recovery (EOR), Blok Rokan jelas memiliki nilai keekonomian tinggi.
Namun, menarik atau tidaknya blok tersebut bagi suatu perusahaan, tidak hanya tergantung hal itu, tetapi juga hal lain. Bagi perusahaan migas besar, Blok Rokan masih menarik secara keekonomian, tapi mungkin hanya jika menjadi operatornya tunggal, bukan hanya sekadar menjadi mitra dari Pertamina.
"Ini persoalan bisnis, jadi, mungkin kuncinya untuk mendapatkan partner strategis dengan melalui penawaran-penawaran skema atau mekanisme bisnis tertentu yang bisa menarik potential partner. Kepiawaian para pemegang posisi kunci di Pertamina di dalam berbisnis, menurut, saya menjadi kunci dalam hal ini," katanya kepada Bisnis, Minggu (11/4/2021).
Sebelumnya, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama mengatakan bahwa Pertamina tengah mengkaji sejumlah lapangan minyak dan gas bumi yang dimiliki perseroan untuk dijadikan acuan dalam mengelola Blok Rokan.
Pria yang sapa akrab disapa Ahok itu mengungkapkan pihaknya tidak ingin membuat nasib Blok Rokan saat alih kelola nanti tidak mengalami penurunan produksi seperti yang terjadi di Blok Mahakam.
Menurut Ahok, hasil kajian skema kemitraan yang diterapkan di lapangan Banyu Urip akan diimplementasikan di lapangan Blok Rokan dan blok-blok migas lain yang dikelola Pertamina.
