Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Denda Alibaba US$ 2,8 Miliar

Denda sekitar 12 persen dari pendapatan bersih fiskal 2020 Alibaba membantu menghilangkan beberapa ketidakpastian yang membayangi perusahaan terbesar kedua di China itu.
Alibaba/alibabagroup.com
Alibaba/alibabagroup.com

Bisnis.com, JAKARTA – China memecahkan rekor denda US$ 2,8 miliar pada Alibaba Group Holding Ltd setelah penyelidikan antimonopoli menemukan penyalahgunaan dominasi pasar, seiring Beijing menekan raksasa media tersebut.

Mengutip Bloomberg, hukuman 18,2 miliar yuan adalah tiga kali lipat dari sebelumnya, hampir US$1 miliar yang harus dibayar oleh pembuat chip AS Qualcomm Inc. pada tahun 2015, dan didasarkan pada 4 persen dari pendapatan domestik Alibaba tahun 2019, menurut pengawas antitrust China.

Perusahaan juga harus memulai perbaikan komprehensif, dari melindungi pedagang dan pelanggan hingga memperkuat kontrol internal, yang diungkapkan persahaan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (9/4/2021).

Denda sekitar 12 persen dari pendapatan bersih fiskal 2020 Alibaba membantu menghilangkan beberapa ketidakpastian yang membayangi perusahaan terbesar kedua di China itu. Namun, Beijing tetap berniat untuk mengekang raksasa internet dan fintechnya.

Saat ini, sedang diteliti bagian lain dari kerajaan miliarder Jack Ma, termasuk bisnis pinjaman konsumen Ant Group Co. dan kepemilikan media Alibaba.

Perusahaan tersebut menggunakan aturan platform dan metode teknisnya seperti data dan algoritma untuk memperkuat kekuatan pasar.

"[aturan platform] untuk mempertahankan dan memperkuat kekuatan pasarnya sendiri dan mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak tepat," kata Administrasi China untuk Peraturan Pasar menyimpulkan dalam penyelidikannya.

Dengan begitu, perusahaan kemungkinan harus mengubah serangkaian praktik, seperti eksklusivitas pedagang, yang menurut para kritikus membantunya menjadi operasi e-niaga terbesar di China.

"Denda tinggi menempatkan regulator dalam sorotan media dan mengirimkan sinyal kuat ke sektor teknologi bahwa jenis perilaku eksklusif seperti itu tidak akan lagi ditoleransi," kata Angela Zhang, Direktur Center for Chinese.

Pada pernyataan, praktik Alibaba memberlakukan pilihan "pilih satu dari dua" kepada pedagang "menutup dan membatasi persaingan" di pasar ritel online domestik.

Pemerintah mengirimkan peringatan yang jelas ke sektor teknologi karena meneliti pengaruh yang dimiliki perusahaan seperti Alibaba dan raksasa media sosial Tencent Holdings Ltd. di berbagai bidang, mulai dari data konsumen hingga merger dan akuisisi.

Investigasi terhadap Alibaba adalah salah satu penyelamatan pembuka dalam kampanye yang tampaknya dirancang untuk mengekang kekuatan para pemimpin internet China dan miliarder pendiri mereka.

Perusahaan tersebut kini berada di bawah tekanan yang meningkat dari pihak berwenang sejak Ma berbicara menentang pendekatan peraturan China ke sektor keuangan pada bulan Oktober.

Komentar tersebut memicu pelanggaran peraturan yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk membatalkan penawaran umum perdana Ant Group Co. senilai US$ 35 miliar.

Pihak Alibaba akan mengadakan konferensi pada Senin (11/4/2021) pagi waktu Hong Kong untuk menjawab pertanyaan seputar keputusan pengawas antitrust.

"Rekor denda China di Alibaba dapat mengangkat beban regulasi yang telah membebani perusahaan sejak dimulainya penyelidikan antimonopoli pada akhir Desember," kata analis Bloomberg Intelligence Vey-Sern Ling dan Tiffany Tam, menggambarkan denda itu sebagai harga kecil untuk menghapus ketidakpastian tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper