Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan usaha berharap level ekspansi dari indeks manufaktur akan terjaga hingga bulan-bulan ke depan, meski membutuhkan dorongan lebih kuat dari berbagai hal.
IHS Markit melaporkan perolehan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Maret tercatat sebesar 53,2 atau tertinggi dalam satu dekade.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai kemungkinan peningkatan level produksi karena sudah masuk Ramadan, di mana momen tersebut menjadi periode peningkatan konsumsi di pasar domestik.
Apalagi, lanjut Shinta, sampai Lebaran nanti pemerintah mengagendakan pencairan bansos untuk kompensasi kebijakan larangan mudik.
"Kedua momentum tersebut sangat positif memicu peningkatan konsumsi masyarakat. Oleh karena itu meskipun bahan baku mahal, produksi tetap dikejar untuk memaksimalkan momentum penciptaan revenue bagi perusahaan," katanya kepada Bisnis, Jumat (2/4/2021).
Shinta mengemukakan wajar apabila perusahaan manufaktur percaya diri untuk meningkatkan produksi pada Maret hingga April ini guna mengejar momentum konsumsi yang masih ada sampai Lebaran.
Namun, Shinta mewanti-wanti setelah laju konsumsi akan turun lagi setelah Lebaran. Karena itu, ia berharap ada pemacu lain yang sifatnya non-konsumsi seperti pengendalian pandemi dan normalisasi kegiatan ekonomi, implementasi UU Cipta Kerja, hingga peningkatan ekspor dan investasi yang bisa memicu peningkatan kegiatan ekonomi produktif.
"Pentingnya dorongan yang bisa digerakkan pasca lebaran agar pertumbuhan ekonomi tidak menyusut terlalu dalam pasca lebaran dan tetap dalam trajectory pemulihan ekonomi yang baik," ujarnya.
IHS Markit melaporkan perolehan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Maret tercatat sebesar 53,2 atau tertinggi dalam satu dekade.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai kemungkinan peningkatan level produksi karena sudah masuk Ramadan, di mana momen tersebut menjadi periode peningkatan konsumsi di pasar domestik.
Apalagi, lanjut Shinta, sampai Lebaran nanti pemerintah mengagendakan pencairan bansos untuk kompensasi kebijakan larangan mudik.
"Kedua momentum tersebut sangat positif memicu peningkatan konsumsi masyarakat. Oleh karena itu meskipun bahan baku mahal, produksi tetap dikejar untuk memaksimalkan momentum penciptaan revenue bagi perusahaan," katanya kepada Bisnis, Jumat (2/4/2021).
Shinta mengemukakan wajar apabila perusahaan manufaktur percaya diri untuk meningkatkan produksi pada Maret hingga April ini guna mengejar momentum konsumsi yang masih ada sampai Lebaran.
Namun, Shinta mewanti-wanti setelah laju konsumsi akan turun lagi setelah Lebaran. Karena itu, ia berharap ada pemacu lain yang sifatnya non-konsumsi seperti pengendalian pandemi dan normalisasi kegiatan ekonomi, implementasi UU Cipta Kerja, hingga peningkatan ekspor dan investasi yang bisa memicu peningkatan kegiatan ekonomi produktif.
"Pentingnya dorongan yang bisa digerakkan pasca lebaran agar pertumbuhan ekonomi tidak menyusut terlalu dalam pasca lebaran dan tetap dalam trajectory pemulihan ekonomi yang baik," ujarnya.