Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rintisan (start-up) nasional tercatat meraup lebih dari 50 persen dana investasi di Asia Tenggara. Adapun, kesepakatan pada start-up di Indonesia dan Singapura berkontribusi sekitar 64 persen dari total kesepakatan di kawasan.
Dilansir dari Bloomberg, para start-up di Asia Tenggara meraup dana investasi senilai US$8,2 miliar sepanjang 2020. Angka tersebut hanya terkoreksi sekitar 3,5 persen dari realisasi 2019.
"Investasi pada transformasi digital usaha ritel, makanan, jasa finansial, dan logistik secara berurutan melonjak [pada 2020]. Kami melihat akan lebih banyak sektor industri yang merespon [digitalisasi tersebut] pada 2021 dan 2022," ujar General Partner Cento Ventures Dmitri Levit, Minggu (28/3/2021).
Dmitri menilai penurunan volume investasi di Asia Tenggara cukup baik jika dibandingkan dengan kawasan lain, seperti India (-31 persen) dan Benua Afrika (-38 persen). Menurutnya, penurunan volume investasi yang relatif rendah tersebut disebabkan oleh pergerakan usaha daring yang cepat.
Dmitri berpendapat pergerakan usaha daring tersebut terlihat jelas di beberapa negara, seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Adapun, beberapa usaha daring yang Dimitri maksud adalah ritel daring, teknologi finansial (fintech), dan aplikasi transportasi.
Dmitri mencatat pertumbuhan volume investasi tertinggi pada 2020 masih dipegang oleh Uni Eropa sebesar 15 persen dan diikuti oleh Amerika Serikat sekitar 13 persen. Adapun, start-up di China berhasil memikat investasi tambahan membuat volume investasi pada tahun lalu naik sekitar 6 persen.
Baca Juga
"2020 memberikan alasan keras untuk menilai kembali bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk menjaga fungsi vital di masyarakat," ucapnya.
Dmitri mencatat hampir 50 persen dari volume investasi di Asia Tenggara sepanjang 2020 diserap unicorns seperti Grab Holdings Inc., PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek), dan PT Trinusa Travelindo (Traveloka). Menurutnya, investasi lebih dari US$100 juta berkontribusi sekitar 57 persen dari jumlah investasi.
Sementara itu, investasi antara US$50 juta-US$100 juta naik 26 persen secara tahunan menjadi total US$1,1 miliar.