Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Kenaikan US Treasury, Menkeu Klaim RI Bisa Jaga Kepercayaan Investor

Meskipun imbal hasil obligasi Indonesia ikut terpengaruh oleh kenaikan imbal hasil US Treasury, namun Menteri Keuangan yakin kepercayaan investor tetap terjaga.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Indonesia harus mewaspadai dampak dari kenaikan imbal bagi hasil surat utang Amerika Serikat atau US Treasury dengan tenor 10 tahun.

“US Treasury hingga Maret ini naik 1,7 persen. Itu sudah meningkat 85 persen. Banyak negara berkembang yang surat utangnya naik akibatnya,” katanya melalui diskusi virtual, Rabu (24/3/2021).

Sri Mulyani menjelaskan bahwa Rusia contohnya, imbal hasilnya (yield) obligasi meningkat 26 persen. Sedangkan Filipina 48 persen. Kabar baiknya, ini pertama kali dalam sejarah yield Indonesia lebih rendah dari Filipina yang saat ini di angka 11 persen.

Fakta tersebut, terang Sri, membuat stigma Indonesia yang rentan terbantahkan. Prestasi ini tentu harus bisa dijaga.

“Kami merasa bahwa mereka [pemilik obligasi] memiliki kepercayaan kepada Indonesia mengikuti yang baik dan kami akan menjaga kepercayaan ini melalui kebijakan kami,” jelasnya.

Kementerian Keuangan mencatat, dari kenaikan ini, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Filipina mencapai 2,27. Sementara Indonesia 2,20.

Sementara itu, Senin (22/3/2021), imbal hasil obligasi pemerintah AS atau US Treasury tenor 10 tahun melemah 0,0291 poin persentase ke level 1,697 persen.

Imbal hasil yang lebih stabil memberikan dorongan terhadap pasar saham setelah aksi jual US Treasury minggu lalu menjadi pengingat yang jelas atas kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi yang lebih kuat dapat memicu inflasi, meskipun ada komentar meyakinkan dari para pembuat kebijakan.

Sementara itu, Bank Indonesia yakin bahwa stabilitas sistem keuangan nasional akan tetap terjaga ditengah guncangan akibat kenaikan imbal hasil US Treasury atau obligasi Amerika Serikat (AS) memberikan dampak bagi pasar keuangan global.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menegaskan BI akan tetap berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas lain untuk memastikan stabilitas sistem keuangan Tanah Air.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper