Bisnis.com, JAKARTA – Kabar dari sejumlah sektor ekonomi yang menjadi sorotan harian Bisnis Indonesia edisi hari ini, Rabu (24/3/2021), ambisi Indonesia membangun economic powerhouse bersama IA-CEPA terganjal oleh kesiapan industri Tanah Air.
Kemudian biaya emisi ikut terkerek seiring dengan naiknya imbal hasil SUN perintah yang juga dipancing kenaikan yield US Treasury. Selain itu juga harga minyak nabati diperkirakan tetap tinggi hingga Juni mendatang.
Berikut beberapa rincian isu-isu terkini seputar perekonomian di Indonesia:
1. Ambisi Terganjal Kesiapan Diri
Ambisi Indonesia membangun economic powerhouse bersama Australia dalam payung Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia atau IA-CEPA terganjal oleh kesiapan industri dalam negeri. Upaya mengekspor otomotif dengan memanfaatkan pembebasan bea masuk masih terganjal prinsipal yang belum memberikan izin Indonesia menjadi pemasok ke Australia.
2. Biaya Emisi Ikut Terkerek
Naiknya imbal hasil atau yield obligasi pemerintah bakal berdampak pada biaya penerbitan obligasi korporasi. Sejumlah perusahaan mungkin saja membatalkan rencana emisi atai menunggu sampai yield turun kembali. Tingkat yield obligasi pemerintah yang tinggi seiring dengan meningkatnya yield US Treasury membuat perusahaan penerbit harus menawarkan kupon yang lebih tinggi dari SUN agar menambah daya tarik bagi obligasi yang diterbitkan nya.
3. Kredit Terjun ke Titik Terendah
Penyaluran pinjaman perbankan di Amerika Serikat terjun bebas ke titik terendah sejalan dengan melonjaknya deposito dan kebijakan perbankan yang lebih selektif dalam menyalurkan kredit kepada nasabah. Data The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat menunjukkan, pinjaman yang disalurkan AS tenggelam sangat dalam pada bulan ini.
4. Harga Minyak Nabati Tetap Tinggi Hingga Juni
Harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) diprediksi bertahan tetap tinggi selama semester I/2021 di tengah tersendatnya pasokan akibat La Nina dan kenaikan ekspor jelanh perayaan keagamaan. Di Bursa Malaysia, reli harga CPO pada awal pekan ini terjadi setelah sempat anjlok nyaris 10 persen pada minggu lalu seiring dengan kekhawatiran investor terhadap kenaikan produksi.
5. Pasar Baja Topang Harga Seng
Sentimen penguatan pasar baja dan prospek berkurangnya pasokan membuat harga seng memimpin penguatan pada komoditas logam dasar. Rencana jangka panjang China soal pembatasan produksi baja ikut berpengaruh. Harga seng diuntungkan oleh harga baja canai panas (hot rolled coil) yang mencatat level tertinggi sejal diperdagangkan pada Shanghai Futures Exchange pada 2014.