Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Sapi Impor Masih Mahal, Sapi Lokal Diguyur ke Pasar

Sejumlah pelaku usaha penggemukan mulai memobilisasi sapi lokal untuk digemukkan lantaran harga yang cukup bersaing.
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Harga sapi bakalan impor yang masih bertahan di level tinggi dan tren harga daging yang masih bergerak naik bisa menjadi momentum sapi lokal untuk mengisi pasar.

Meski demikian, pemerintah perlu mewaspadai dampak jangka panjang dari fenomena ini terhadap populasi sapi nasional.

Ketua Komite Tetap Industri Peternakan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Yudi Guntara Noor mengatakan sejumlah pelaku usaha penggemukan mulai memobilisasi sapi lokal untuk digemukkan lantaran harga yang cukup bersaing.

Harga berat hidup sapi lokal masih berada di kisaran Rp48.000 sampai Rp50.000 per kilogram (kg). Di sisi lain, harga ekspor sapi hidup di Pelabuhan Darwin telah mencapai AU$4,30 per kg atau sekitar Rp47.800 per kg.

“Pelaku penggemukan mulai melakukan mobilisasi, harga sapi lokal relatif lebih murah dari pada impor,” kata Yudi, Senin (22/3/2021).

Meski demikian, dia memberi catatan adanya efek dari mobilisasi sapi lokal untuk mengisi pasar daging segar ini. Dia menyebutkan perdagangan sapi lokal yang tersegmentasi mengakibatkan jenis sapi lokal yang dipotong ada sapi ukuran besar atau sapi betina yang harganya lebih murah.

Sementara untuk sapi medium dengan berat maksimal 400 kg, peternak cenderung menahannya untuk pasokan pada Hari Raya Kurban yang hanya berselang dua bulan dari Idulfitri.

“Setinggi apa pun harga sekarang, harga Iduladha akan memberi insentif lebih bagi peternak. Jadi yang mengalir saat ini hanya sapi-sapi besar atau sapi betina dan ini harus dikhawatirkan karena berpengaruh ke populasi,” kata dia.

Yudi pun mengemukakan bahwa pasokan daging sapi pada momen Ramadan dan Idulfitri kali ini cukup berbeda akibat harga sapi bakalan yang naik.

Jika pada tahun lalu harga cenderung tak bergejolak karena stok di feedlot dan importir tersedia, tahun ini stabilitas harga akan bergantung pada hadirnya daging kerbau karena keterisian kandang penggemukan lebih rendah. 

“Yang jadi masalah sekarang jumlah yang ada di feedlot itu hanya sekitar 40 persen atau paling tinggi 50 persen dari stok sapi tahun lalu. Kalau tahun lalu itu sekitar 200.000 ekor, tahun ini tidak pernah lebih dari 100.000 ekor,” lanjutnya.

Hal ini diamini pula oleh Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gapuspindo) Joni P. Liano yang mengatakan stok sapi bakalan yang siap dipotong untuk April atau saat Ramadan adalah 25.000 sampai 35.000 ekor yang berasal dari importasi pada Januari 2021.

Jumlah tersebut setara dengan 4.500 ton daging. Pada saat yang sama, konsumsi untuk DKI Jakarta mencapai 6.000 ton per bulan.

“Pasokan 4.500 ton daging ini secara nasional, untuk mengisi pasar DKI saja tidak cukup. Biasanya ini juga untuk beberapa provinsi di Sumatra. Jadi memang perlu ada mobilisasi dari daerah produsen untuk sapi lokal,” kata Joni.

Joni mengatakan importasi sejatinya selalu terealisasi setiap bulan. Tetapi, khusus untuk ketersediaan April dan Mei, daging sapi segar berasal dari impor bakalan pada Januari dan Februari.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) realisasi impor daging jenis lembu pada Januari dan Februari 2021 mencapai 84.142 ton di mana 49.575 ton di antaranya merupakan daging sapi dari Australia.

Adapun impor dari India baru terealisasi pada Januari 2021 dengan volume 18.013 ton atau 22 persen dari alokasi 80.000 ton yang diberikan pemerintah kepada Perum Bulog. 

Di sisi lain, volume impor untuk sapi hidup pada dua bulan pertama pada 2021 mencapai 80.495 ton. Jumlah ini naik dibandingkan dengan Januari-Februari 2020 yang berjumlah 59.311 ton.

Pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) sempat memproyeksikan pasokan daging bakal defisit pada Mei dengan konsumsi pada Januari–Mei 2021 diramal menembus 280.140 ton sementara ketersediaan hanya 265.868 ton.

Konsumsi rata-rata nasional ditaksir mencapai 55.000 ton per bulan. Tetapi, stok awal tahun hanya berada di angka 34.222 ton dan sejauh ini realisasi impor daging sapi/kerbau telah menyentuh 75,6 persen dari rencana impor Januari–Mei yang ditaksir mencapai 111.296 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper