Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah bakal memasukkan beras kualitas premium dalam alokasi impor bagi Perum Bulog. Dari 1 juta ton yang dialokasikan, sebanyak 500.000 ton merupakan beras medium untuk cadangan beras pemerintah (CBP) dan sisanya merupakan beras untuk kebutuhan komersial Bulog.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan bahwa CBP yang dipakai Bulog untuk stabilisasi harga merupakan beras medium dengan kriteria tingkat kepecahan 5 sampai 25 persen menurut regulasi. Meski demikian, dia mengatakan terdapat pasar dengan preferensi di mana beras jenis premium lebih diminati.
“Ketika kita bicara tentang konteks Indonesia, ada pasar-pasar yang sudah berubah [preferensinya] karena sudah kelas menengah, orang tidak mau lagi beras medium,” kata Lutfi dalam konferensi pers, Jumat (19/3/2021).
Lutfi mengatakan pasar beras premium memerlukan intervensi karena bisa memicu inflasi jika permintaannya naik. Karena itu, pengadaan luar negeri untuk beras komersial dia sebut diperlukan untuk mengantisipasi hal ini.
“Jadi di daerah-daerah tertentu itu memang musti dipasok, bukan dengan beras medium, tetapi dengan beras premium. Makanya kita beri keleluasaan Bulog untuk bisa memasok pasar khusus itu dan memastikan bahwa stabilitas harga terjamin. Karena kalau stabilitas harga terjamin, maka inflasi juga terjaga,” lanjutnya.
Namun, Lutfi memastikan bahwa angka 1 juta ton impor beras merupakan angka perkiraan dan mengacu pada kemampuan Bulog dalam menjaga CBP di angka 1 juta ton lewat pengadaan dalam negeri. Dia menjelaskan realisasi impor bisa lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi yang disiapkan. Dia mengatakan indikator keamanan pasokan beras adalah saat stok kelolaan Bulog berada di kisaran 1 sampai 1,5 juta ton.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso sebelumnya memastikan belum akan merealisasikan impor sebanyak 1 juta ton karena perusahaan akan fokus menyerap beras saat panen raya. Budi menargetkan serapan beras lokal selama Maret sampai Mei akan mencapai 500.000 ton sehingga stok beras Bulog bisa di atas 1 juta ton.
"Walau kami dapat tugas impor 1 juta ton, belum tentu kami laksanakan karena kami prioritas produk dalam negeri yang sekarang sedang panen raya," kata Budi di hadapan parlemen dalam rapat kerja belum lama ini.
Budi menjelaskan ada kenaikan serapan gabah pada pekan kedua Maret sebesar 3.500 ton sehari. Angka ini naik dua kali lipat dibandingkan dengan serapan pada pekan pertama Maret sebanyak 1.500 ton per hari.
Budi mengemukakan bahwa kapasitas penyimpanan Bulog sejatinya mencapai 3,6 juta ton secara nasional. Namun dia kembali menyebutkan kanal penyaluran perusahaan yang makin berkurang seiring dihapusnya program beras sejahtera (Rastra). Melalui program ini, Bulog bisa menyalurkan 2,6 juta ton beras setiap tahunnya.