Bisnis.com, JAKARTA - Konsumen di negara ekonomi terbesar di dunia, seperti Amerika Serikar, China, Inggris, Jepang, dan kawasan euro, menghemat setidaknya US$ 2,9 triliun selama penguncian terkait Covid-19.
Bloomberg Economics memperkirakan penimbunan uang dalam jumlah besar itu menciptakan potensi pemulihan yang kuat dari resesi karena pandemi.
Data menunjukkan, setengah dari total itu, yakni sekitar US$1,5 triliun dan ada di AS saja. Itu setidaknya dua kali lipat rata-rata pertumbuhan tahunan produk domestik bruto dalam ekspansi terakhir dan setara dengan output tahunan Korea Selatan.
Kaum optimistis percaya bahwa hal itu akan mendorong orang-orang kembali berbelanja, memenuhi restoran, tempat hiburan dan wisata.
Sedangkan mereka yang kurang percaya diri bertanya-tanya apakah uang itu malah akan digunakan untuk menutupi utang atau ditimbun sampai krisis kesehatan berlalu dan pasar tenaga kerja terlihat lebih kuat.
Menurut Bloomberg Economics, timbunan tabungan itu berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 9 persen tahun ini, daripada 4,6 persen yang diproyeksikan saat ini. Sebaliknya, jika tabungan tidak digunakan, ekonomi kemungkinan akan tumbuh hanya 2,2 persen.
"Penyangga kas besar-besaran dari tabungan penguncian rumah tangga adalah salah satu alasan kami yakin permintaan akan meningkat tajam," kata ekonom senior kawasan euro Bloomberg Economics Maeva Cousin, dilansir Kamis (18/3/2021).
Sementara itu, rumah tangga China menyimpan 2,8 triliun yuan (US$430 miliar) lebih banyak ke rekening bank mereka daripada yang biasanya dilakukan. Deposito serupa naik 32,6 triliun yen (US$300 miliar) di Jepang dan 117 miliar poundsterling (US$160 miliar) di Inggris.
Di kawasan euro, angkanya naik terbesar yakni 387 miliar euro (US$465 miliar), dipimpin oleh 142 miliar euro di Jerman.
Sementara itu, salah satu faktor yang mungkin meningkatkan dorongan untuk berbelanja secara royal adalah suku bunga rendah yang mengurangi daya tarik menyimpan dana di bank.
Namun risiko lain, orang-orang memilih untuk menggunakan tabungan untuk membayar utang atau memutuskan mempertahankan anggaran rumah tangga karena risiko kesehatan yang sedang berlangsung atau kekhawatiran bahwa pasar pekerjaan akan pulih dengan lambat.
Mereka yang berpenghasilan paling tinggi kemungkinan besar akan menabung, sementara rumah tangga berpenghasilan rendah justru akan menggelontorkan dana untuk konsumsi setelah dipaksa menghemat sepanjang tahun lalu.
"Dalam jangka pendek, banyak hal bergantung pada perilaku pascapandemi, yang mungkin membutuhkan waktu untuk kembali ke norma sebelum pandemi," kata ekonom senior Bloomberg Economics Yelena Shulyatyeva,.
Namun dalam jangka menengah, apakah dana ekstra digunakan untuk konsumsi, membayar utang, atau bahkan tetap di bank, itu tetap positif untuk pertumbuhan.