Bisnis.com, JAKARTA - Data ekspor dan impor yang menunjukkan perbaikan sepanjang Februari 2021 menjadi sinyal kuat pemulihan ekonomi Tanah Air.
Hal ini diakui oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto. BPS mencatat ekspor sepanjang Februari tercatat US$15,27 atau tumbuh 8,56 persen dibandingkan Februari 2020 sebesar US$14,06 miliar. Posisi ini juga lebih besar dari posisi ekspor 2019 sebesar US$12,79 miliar.
Dilihat dari sisi sektornya, ekspor bulan Februari didominasi oleh industri pengolahan yang tumbuh 1,38 persen (month to month/mtm) didorong besi baja, kendaraan motor, logam dasar mulia dan kimia dasar organik dari hasil pertanian. Secara tahunan, industri pengolahan juga tumbuh 9 persen (year on year/yoy) didorong oleh besi baja dan kimia dasar organik serta peralatan listrik.
Sementara itu, nilai impor Indonesia Februari 2021 mencapai US$13,26 miliar, turun 0,49 persen dibandingkan Januari 2021 atau naik 14,86 persen dibandingkan Februari 2020.
Impor sepanjang Februari didominasi oleh barang modal yang tumbuh 9,08 persen (mtm) dan 17,68 persen (yoy). Lebih lanjut, impor bahan baku turun 0,50 persen (mtm) menjadi US$9,89 miliar, namun realisasi ini tumbuh 11,53 persen secara tahunan (yoy).
"Dengan memperhatikan performa ekspor, ekspor ini berasal dari seluruh sektor, impor juga naik terutama bahan baku dan barang modal. Saya mengatakan, ya, geliat berbagai sektor dan investasi di dalam negeri mulai bergerak," ujar Suhariyanto, Senin (15/3/2021).
Baca Juga
Menurutnya, pertumbuhan ekspor dan kenaikan impor bahan baku ini sejalan dengan posisi Purchasing Manager's Index (PMI) yang berada di laju ekspansif pada Januari dan Februari tahun ini.
"Saya setuju performa ekspor dan impor pada Februari ini menggembirakan apalagi masih surplus US$2 miliar," ungkapnya. Selain itu, dia menegaskan vaksinasi yang dilakukan pemerintah juga akan mendorong pemulihan ke depannya.