Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indikasi Bagus, Impor RI Tahunan Naik Pertama Kali Sejak Juni 2019

Kenaikan nilai impor secara tahunan untuk pertama kalinya ini dipicu oleh kenaikan seluruh kelompok barang berdasarkan penggunaan. 
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai impor RI pada Februari 2021 naik secara tahunan untuk pertama kalinya sejak Juni 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi aktivitas perekonomian nasional.

Nilai impor pada Februari 2021 tercatat mencapai US$13,26 miliar. Meski turun 0,49 persen dibandingkan dengan Januari 2021, nilai impor naik dua digit sebesar 14,86 persen dibandingkan dengan Februari 2020 dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2019.

“Saya pikir ini indikasi bagus. Terakhir impor naik secara tahunan pada Juni 2019. Selama 2019 dan 2020 impor YoY [year on year] selalu negatif dan hanya naik ketika Juni 2019. Pada Februari ini pertama kalinya naik sesudah pertumbuhan negatif,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (15/3/2021).

Suhariyanto memaparkan naiknya nilai impor secara tahunan untuk pertama kalinya ini dipicu oleh kenaikan seluruh kelompok barang berdasarkan penggunaan. 

Impor barang konsumsi tercatat naik 43,59 persen secara tahunan dengan nilai US$1,22 miliar, impor bahan baku atau penolong naik 11,53 persen dibandingkan dengan Februari 2021, dan barang modal juga naik 17,68 persen secara tahunan.

Kenaikan impor barang konsumsi disumbang oleh naiknya pemasukan produk farmasi serta buah-buahan dan sayuran seperti bawang putih.

Sementara impor bahan baku atau penolong turun tipis 0,5 persen dibandingkan dengan Januari  2021 dan impor barang modal masih naik 9,08 persen. Struktur impor didominasi oleh bahan baku atau penolong dengan persentase 74,57 persen.

“Dengan memperhatikan struktur impor yang hampir 75 persen berupa bahan baku, geliat impor menggembirakan karena mengindikasikan pergerakan industri dan nantinya investasi mulai bergulir, hasilnya akan terlihat pada PDB kuartal I 2021,” lanjutnya.

Jika dilihat dari jenis barang, kenaikan impor terbesar memang terjadi pada bahan baku industri. Di antaranya adalah mesin dan perlengkapan elektrik yang naik US$172,8 juta, bungkil kedelai naik US$130 juta, gula dan kembang gula naik US$75,6 juta, dan serealia dengan nilai US$52,9 juta.

Sementara berdasarkan negara asal, kenaikan terbesar disumbang dari Brasil dengan komoditas mayoritas berupa gula mentah, oil cook, dan kapas. Posisi Brasil disusul oleh Australia yang mengekspor gandum ke Indonesia.

Suhariyanto menyebutkan kinerja perdagangan internasional RI pada Februari 2021 melanjutkan tren pemulihan ekonomi dan sejalan dengan indeks manufaktur yang masih berada di level ekspansi.

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia menurut IHS Market pada periode Februari 2021 berada di level 50,9 atau lebih rendah dibandingkan dengan Januari yang berada di angka 52,2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper