Bisnis.com, JAKARTA – Investor properti Hong Kong melihat bertaruh untuk menanamkan dana mereka pada bangunan pabrik tua untuk pengembalian yang lebih baik.
Transaksi properti industri melaju tahun ini, mencapai HK$2,7 miliar (US$348 juta) dalam 2 bulan pertama, menurut konsultan properti CBRE (Coldwell Banker Richard Ellis) Group Inc. Jumlah itu mewakili 73 persen dari jumlah tahun lalu.
Perbandingannya, penjualan properti perkantoran dan ritel lemah. Transaksi perkantoran mencapai HK$1,2 miliar sepanjang tahun ini, dan toko senilai HK$926 juta yang telah terjual, data CBRE menunjukkan.
Alih-alih membalik lantai kantor atau toko jalanan, investor kini mengalihkan fokus mereka ke bangunan industri yang pernah berfungsi sebagai pabrik yang memproduksi jam tangan, mainan, dan pakaian.
Properti industri menjadi real estat yang paling dicari dalam beberapa bulan terakhir, setelah Covid-19 mendorong e-commerce yang pada gilirannya meningkatkan permintaan untuk logistik dan ruang penyimpanan, kata Reeves Yan, kepala pasar modal di Hong Kong di CBRE.
“Ini terutama karena permintaan bisnis termasuk logistik, cold storage, dan pusat data sangat kuat selama pandemi. Sektor-sektor ini tumbuh melawan pasar,” kata Yan.
Baca Juga
Sementara itu, konsultan properti Savills Plc juga mengemukakan bahwa bangunan industri menawarkan hasil sewa yang lebih tinggi, biasanya 3,5 persen dibandingkan dengan properti kantor atau ritel 2,5 persen. Perusahaan mengharapkan harga di sektor ini naik 5 persen pada 2021.
Hong Kong unik karena kurangnya pasokan properti logistik baru. Kota ini memiliki sekitar 1.800 bangunan industri pada 2018 dengan mayoritas dibangun pada 1970-an dan 1980-an, menurut Dewan Legislatif Kota.
Pemerintahan di wilayah khusus China itu memprioritaskan pembangunan perumahan untuk mengendalikan harga rumah. Dari 24 bidang tanah yang dilelang pemerintah tahun lalu, hanya dua yang untuk keperluan industri.