Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha ritel diperkirakan tidak akan banyak menambah pasokan barang untuk Ramadan dan Idulfitri meski kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat yang saat ini diterapkan lebih akomodatif terhadap aktivitas bisnis.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet berpendapat pelaku usaha bakal lebih banyak melihat perkembangan situasi sebelum mengeksekusi strategi yang disiapkan.
Jika mengacu pada data tingkat pengeluaran konsumsi dari berbagai kelas yang dirilis Bank Indonesia, dia menyebutkan terjadi perlambatan pertumbuhan.
“Saya kira pelaku usaha akan wait and see. PPKM mikro memang lebih akomodatif terhadap aktivitas ekonomi, tetapi dari sisi permintaan masyarakat masih dinamis,” kata Yusuf saat dihubungi, Selasa (9/3/2021).
Yusuf mengatakan proporsi pengeluaran konsumsi kelompok Rp1–2 juta pada Februari terkontraksi 0,7 persen dibandingkan dengan Januari 2021. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan Desember 2020 ke Januari 2021 yang naik 4,3 persen.
Perlambatan ini juga terjadi pada proporsi pengeluaran kelompok lainnya, seperti kelompok Rp3,1–4 juta yang melambat dari 5,7 persen untuk Desember ke Januari menjadi -2,0 persen pada Januari ke Februari.
Baca Juga
“Perubahan ini menunjukkan adanya perubahan konsumsi untuk beberapa bulan ke depan. Hal ini juga dikonfirmasi oleh PMI yang melambat meski masih di level ekspansi,” lanjutnya.
Yusuf mengatakan indikator-indikator ini sejalan dengan bertambahnya kasus Covid-19 yang berimbas pada pemulihan ekonomi yang lebih lambat. Hal tersebut lantas berdampak pada tingkat pendapatan berbagai kelompok masyarakat yang secara langsung berpengaruh pula ke kondisi penjualan.
“Dengan indikator ini, belum terlihat ada kebutuhan mendesak untuk menambah pasokan barang. Artinya dari manufaktur sampai ke ritel kemungkinan tidak banyak meningkatkan pasokan,” kata Yusuf.
Dalam situasi pandemi belum tertangani secara optimal, Yusuf menggarisbawahi aktivitas perekonomian masih akan sulit kembali ke level normal sekalipun pelonggaran mobilitas telah diberlakukan.
Dia memperkirakan setidaknya butuh 4-5 bulan sampai indeks keyakinan konsumen (IKK) berada di atas 90 sebagaimana terjadi pada tahun lalu. IKK tercatat mulai turun drastis pada April 2020 di angka 84,8 dan baru mencapai 92 pada November 2020.