Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ungkap 2 Syarat Bantuan Pemerintah yang Efektif di Kala Pandemi

Pemerintah dinilai harus mendongkrak pemberian bantuan berupa kebutuhan pokok terlebih dahulu karena merupakan kebutuhan prioritas masyarakat.
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkap dua syarat agar bantuan pemerintah bisa efektif meringankan beban masyarakat menghadapi pandemi Covid-19.

Pertama, yang efektif mendongkrak daya beli. Lalu tentu [kedua], yang mempunyai multiplier effect yang besar. Biasanya, multiplier effect yang besar ya kebutuhan pokok yang dikonsumsi banyak orang. Jadi walaupun kecil, tapi kalau konsumsi banyak tentu multiplier effect juga besar,” terang Enny, Senin (8/3/2021).

Dia juha menambahkan efektivitas dari skema bantuan pemerintah yang disalurkan selama pandemi belum cocok (matching) dengan kebutuhan masyarakat.

Menurutnya, pemerintah harus mendongkrak pemberian bantuan berupa kebutuhan pokok terlebih dahulu karena merupakan kebutuhan prioritas masyarakat.

Enny menyoroti sejumlah program insentif fiskal pemerintah yang diberikan selama pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya adalah pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk rumah dengan harga jual paling tinggi Rp2 miliar, serta penurunan tarif pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) yang mulai berlaku hari ini, 1 Maret 2021.

Terutama untuk kelas menengah, Enny menganggap bahwa masalah terkait perilaku belanja (spending behaviour) juga perlu dipertimbangkan oleh pemerintah sebelum memberikan insentif.

“Untuk masyarakat menengah ke atas yang sekarang diprovokasi untuk mengeluarkan uangnya itu biasanya membeli perumahan atau kendaraan bermotor untuk lifestyle atau investasi utamanya properti,” jelasnya.

Enny berpandangan bahwa dinamika dari ekspektasi masyarakat sudah berubah. Motivasi untuk investasi akan ada saat ekonomi membaik. Apabila terjadi stagnasi ekonomi, maka motivasi untuk berinvestasi juga menurun.

“Jadi gimana bisa memastikan bahwa masyarakat akan terprovokasi spending? Kendaraan bermotor juga percuma PPnBM dikurangi. Orang selamai pandemi ini mau kemana gitu kan masih WFH?”, pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper