Bisnis.com, JAKARTA - Pemberian insentif berupa pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) mobil dinilai kurang efektif untuk mendongkrak peningkatan konsumsi rumah tangga.
Pasalnya, relasaksi PPnBM ditujukan kepada kelas menengah ke bawah dengan kriteria pembelian kendaraan bermotor pada segmen kendaraan dengan kapasitas mesin kurang dari 1.500 cc yaitu untuk kategori sedan dan 4x2.
Pengamat Ekonomi Piter Abdullah menilai desain kebijakan ini kurang efektif apabila didorong untuk meningkatkan konsumsi kelas menengah ke bawah. Pasalnya, kelompok masyarakat ini terkena dampak paling besar akibat pandemi Covid-19.
“Yang paling banyak mengalami PHK, kehilangan pendapatan, itu kelompok menengah ke bawah, baik di sektor formal maupun informal,” katanya, Selasa (16/2/2021).
Menurutnya, efektivitas relaksasi PPnBM kepada masyarakat kelas menengah ke bawah lebih kecil jika dibandingkan dengan menyasar masyarakat kelas menengah ke atas.
“Tidak harus sama, di kelompok ini bisa diberikan potongan 50 persen, sehingga dua kelompok, menengah bawah dan menengah atas sama-sama mendapatkan insentif, kemudian bisa menjadi pemicu akselerasi pertumbuhan konsumsi terutama otomotif,” ujarnya.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan kebijakan relaksasi PPnBM lebih ditujukan ke masyarakat menengah ke bawah karena share kendaraan yang di bawah 1.500 cc mencapai 40,8 persen sepanjang 2020.
“Kita juga mendasarkan ke beberapa survei, keinginan untuk membeli motor, elastisitas yang terpengaruh kebijakan harga, menengah atas tidak terlalu sensitif dengan harga,” jelasnya.
Susiwijono mengatakan, kebijakan ini akan diterapkan secara bertahap setiap 3 bulan. Pemerintah juga akan melakukan evaluasi kebijakan setiap 3 bulan.