Bisnis.com, JAKARTA— Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai hal yang menjadi tantangan bagi ketersediaan bahan pangan menjelang Ramadan dan Idulfitri adalah pemerataan distribusi ke daerah-daerah.
Menurutnya, tim pengendalian inflasi perlu melakukan pemantauan mulai dari awal di tiap-tiap provinsi dan daerah sehingga tidak kelabakan ketika terjadi rangkakan kenaikan harga.
"Distribusi stok di masing-masing provinsi atau daerah ini yang perlu benar-benar diperhatikan. Jadi, tim TPID [Tim Pengendali Inflasi Daerah] pemantauannya harus mulai dari ketersediaan. Jadi, jangan nanti ketika harga merangkak naik baru dipantau. Ini kan masih 2 bulan menjelang Lebaran, itu yang mesti dipantau, terutama untuk kebutuhan pokok," kata Enny kepada Bisnis, Jumat (5/3/2021).
Untuk beras, misalnya, ujar Enny, hal yang menjadi isu bagi distribusi menjelang ramadan adalah luasnya wilayah Tanah Air, di mana proses distribusi dikatakan baru berjalan dengan baik hanya di Pulau Jawa.
Kendati demikian, sejumlah komoditas pangan seperti kedelai, bawang merah, bawang putih, dan sayuran berpotensi mengalami kenaikan harga akibat faktor cuaca. Hal tersebut dinilai juga perlu diperhatikan pemerintah karena terkait dengan stabilitas ketersediaan bahan pokok (bapok).
Selain itu, lanjutnya, secara historis tekanan harga pangan jelang ramadan dipicu efek psikologis tekanan permintaan. Padalnya, di tengah daya beli masyarakat yang rendah tidak akan ada tekanan permintaan
"Hal yang membuat permintaan meningkat adalah ekspektasi harga. Dengan adanya ekspektasi, orang akan cenderung menyetok barang," jelasnya.