Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia harus mewaspadai tingkat cadangan minyak dan gas bumi yang dimiliki saat ini. Pasalnya, bisa-bisa anak cucu kita nanti hanya dapat menikmati cerita Indonesia yang pernah dikenal sebagai produsen sumber daya alam fosil itu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif memaparkan bahwa cadangan terbukti dan potensial minyak bumi yang dimiliki Indonesia pada 2020 tercatat hanya tinggal 4,2 miliar barel. Sementara itu, untuk cadangan terbukti dan potensial gas bumi tercatat sebanyak 62,4 triliun kaki kubik. Umur cadangan terbukti itu apabila dimanfaatkan, maka tidak akan mencapai dua dekade lagi.
"Sumber daya cadangan kalau tidak lakukan eksplorasi dan tidak menghasilkan output hanya tinggal 9 tahun untuk minyak bumi dan gas bumi 18 tahun," katanya dalam Diskusi Denpasar 12 bersama DPP Partai NasDem, Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis & Bidang Mineral dan Energi, Rabu (3/3/2021).
Di sisi lain, Arifin mengatakan bahwa kebutuhan bahan bakar minyak sampai dengan 2030 diproyeksikan mencapai lebih dari 1,5 juta barel per hari. Dalam 10 tahun kemudian, kebutuhan BBM Indonesia diproyeksikan meningkat hingga 2 juta barel barel per hari.
Pada tahun lalu, produksi minyak siap jual atau lifting dalam negeri hanya sebesar 700.000 barel per hari. Menurutnya, harus ada upaya-upaya untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan pasokan BBM tersebut ke depannya.
Menurut dia, solusi untuk mengatasi solusi adalah dengan meningkatkan produksi minyak mentah dengan target 1 juta barel per hari dan juga mengupayakan akuisisi lapangan minyak di luar negeri.
"Selain itu kita coba lakukan dengan tingkatkan kemampuan kilang untuk bisa mengolah minyak mentah," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan cadangan terbukti minyak bumi Indonesia hanyalah sekitar 2,5 miliar barel atau 0,1 persen dari cadangan terbukti dunia. Bahkan, Indonesia hanya menempati urutan ke-26 di bawah cadangan yang dimiliki Malayasia pada urutan 25 dengan total cadangan 2,8 miliar barel, dan Vietnam pada urutan 24 dengan total cadangan 4,4 miliar barel.
Sugeng menuturkan, dengan asumsi tidak ditemukannya cadangan minyak bumi yang baru dan dengan produksi per tahun sebesar 781.000 barel, maka diperkirakan cadangan migas dalam negeri akan habis dalam kurun waktu 8,7 tahun.
"Dengan demikian maka kalau tidak ditemukan cadangan baru atau giant discovery atau tidak menemukan teknologi yang menentukan, cadangan kita tinggal tunggu waktu kita sudah lampu kuning. Di sisi lain konsumsi minyak terus menerus naik," ungkapnya.
Lebih lanjut, Sugeng memaparkan cadangan terbukti gas bumi pada 2020 tercatat sebesar 43,6 trillion cubic feet (TCF) atau 0,7 persen dari total cadangan gas bumi dunia. Jumlah itu terpaut jauh apabila dibandingkan dengan cadangan yang dimiliki China sebesar 296,6 TCF atau 4,2 persen dari cadangan dunia dan Australia dengan jumlah cadangan terbukti 84,4 TCF.
"Jadi sekitar 17,7 tahun gas bumi nasional akan habis," ungkapnya.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Dwi Soetjipto mengatakan untuk meningkatkan cadangan migas dalam negeri, pihaknya telah menyiapkan 4 strategi jangka panjang yang akan dilakukan.
Adapun, strategi itu adalah dengan mengoptimalisasi target dari lapangan-lapangan migas eksisting, transformasi sumber daya kontijen ke produksi, mempercepat penerapan teknologi chemical enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi untuk penemuan besar.
"Kita harapkan dengan eksplorasi dapat 6,59 miliar barrel oil, kita harapkan bertambah untuk masa 10 tahun ke depan, dari gas juga demikian gas dari 4,7 TCF menjadi 13,67 TCF," ungkap Dwi.