Bisnis.com, JAKARTA – Hantaman pada harga minyak yang terjadi pada 2020 masih membekas bagi seluruh pelaku di industri hulu minyak dan gas bumi, baik nasional maupun internasional.
Harga minyak mentah yang sempat terporosok ke titik terendahnya sepanjang sejarah membuat banyak perusahaan migas terseok-seok. Tidak sedikit perusahaan migas internasional yang mencatatkan rapor merah dalam laporan keuangannya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan penurunan permintaan ditambah dengan jatuhnya harga minyak berdampak ke pelaku migas, termasuk sektor penunjangnya.
Menurutnya, tekanan yang terjadi pada tahun lalu harus disiasati dengan efisiensi pengeluaran. Misalnya pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan produksi dipangkas, terutama kegiatan padat modal seperti eksplorasi banyak dikurangi.
"Kita semua berharap permintaan pulih kembali secara berkala dan harga minyak stabil di atas US$60 di tahun ini," katanya kepada Bisnis, Selasa (2/3/2021).
Tepat setahun pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, harga minyak mentah dunia berada pada posisi tertingginya sejak tahun lalu. Perusahaan-perusahaan migas pun mengaku masih enggan untuk meningkatkan agresivitasnya.
Pasalnya, proses meningkatkan atau mengembalikan sebagian tingkat operasi produksi sebelumnya membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Para kontraktor akan lebih berhati-hati agar tidak mengeluarkan biaya yang percuma.
"Masih wait and see, belum mau banyak berinvestasi sampai kondisi stabil," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
