Bisnis.com, JAKARTA — IHS Markit melaporkan pergerakan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia sangat bergantung terhadap penanganan pandemi Covid-19.
Lembaga ini menyebutkan PMI manufaktur Indonesia tercatat turun menjadi 50,9 per Februari 2021 dari periode Januari seebsar 52,2.
Meski masih di level ekspansif tetapi angka tersebut tidak menunjukkan laju pertumbuhan setelah PMI yang terus terungkit pada 4 bulan lalu. I
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan faktor utama pelemahan level ekspansi industri Februari lalu masih karena pandemi Covid-19.
"Kalau saya telusuri mulai dari 13-18 Februari positivity rate harian mencapai ke level 35-42 persen yang mendorong industri berjaga-jaga untuk proses produksi," katanya kepada Bisnis, Senin (1/3/2021).
Selain itu, Andry mengemukakan ekspektasi penanganan pandemi atau yang terbaru dari permintaan kalangan dunia usaha yakni vaksin gotong royong belum mendapatkan kepastian hingga Februari lalu.
Untuk itu, jika permintaan akan melakukan vaksinasi gotong royong bisa dipenuhi pada Maret ini, maka angka PMI bakal terkerek ke depan. Artinya, jika belum ada kepastian penanganan pandemi maka pelaku industri juga belum akan percaya diri melakukan ekspansi.
"Meski masalah lain terkait pasokan vaksin oleh Bio Farma yang masih perlu dipastikan kembali untuk memenuhi kebutuhan vaksin gotong royong ini," ujar Andry.