Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan menilai melandainya PMI pasca 4 bulan ekspansif utamanya dikarenakan permasalahan pada kegiatan distribusi.
"Yang pasti gangguan pada sektor logistik menurut saya memang memiliki kontribusi penurunan kinerja industri manufaktur," katanya kepada Bisnis, Senin (1/3/2021).
Fajar menilai persoalan logistik ini ditambah dengan adanya penurunan pengiriman kargo dari 8 pelabuhan utama Indonesia sejak November 2020 terakumulasi sampai awal 2021. Alhasil, Fajar menyebut jika masalah logistik ini bisa diantisipasi dan dicari jalan keluarnya, seharusnya PMI akan tetap ekspansi.
"Setidaknya pemerintah bisa meminimalisir UU Cipta Kerja dengan PP [peraturan pemerintah] turunannya, semoga bisa benar-benar biaya logistik dan meningkatkan daya saing industri. Jadi, kita lihat saja seberapa efektif implementasinya," ujar Fajar.
Meski demikian, Fajar menilai dengan perekonomian global saat ini, PMI ke depan seharusnya masih bisa bertahan di atas level ekspansi atau 50.
Sebelumnya, IHS Markit kembali melaporkan perolehan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Februari tercatat 50,9 lebih rendah dari periode Januari 52,2.
Baca Juga
Meski masih di level ekspansif tetapi angka tersebut tidak menunjukkan laju pertumbuhan setelah PMI yang terus terungkit pada 4 bulan lalu. IHS mengungkap faktor utama perlambatan masih berdasarkan kasus Covid-19 yang tinggi.
Alhasil, PMI Februari juga menunjukkan peningkatan paling lemah di sektor kesehatan sejak November lalu.
Meski begitu dari sisi distribusi, waktu pengiriman dari pemasok memang mengalami masa perpanjangan selama 13 bulan berturut-turut. Sementara kebiajkan PPKM dan banjir juga menjadi faktor utama adanya penundaan pengiriman sepanjang Februari 2021.