Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura Kembali Kucurkan Stimulus untuk Pacu Pertumbuhan

Pertumbuhan PDB tahun ini diperkirakan bergerak di kisaran 4-6 persen pada tahun ini, tetapi prospek masih sangat menantang untuk beberapa sektor penting.
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Singapura akan mengucurkan stimulus S$11 miliar (US$8,3 miliar) untuk membantu rumah tangga dan pebisnis kembali pulih dari pandemi Covid-19.

Adapun, stimulus tersebut mencakup perpanjangan subsidi gaji untuk beberapa sektor terdampak, termasuk  penerbangan dan pariwisata senilai S$700 juta. Tak hanya itu, ada juga stimulus senilai S$4,8 miliar untuk bidang kesehatan dan upaya pembukaan kembali ekonomi.

“Bahkan ketika ekonomi Singapura mulai pulih perlahan dan beberapa sektor tumbuh bagus, sektor-sektor lainnya masih tertekan,” kata Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat, dilansir Bloomberg, Selasa (16/2/2021).

Hong yang juga merangkap jabatan sebagai Menteri Keuangan ini menyatakan pemerintah bergerak cepat dari fokus ke stimulus pandemi untuk merestrukturisasi ekonomi.

“Yang membedakan adalah bagaimana kami akan berinvestasi untuk masa depan,” katanya.

Kucuran stimulus ini terjadi setelah ekonomi Singapura terkontraksi sangat dalam pada tahun lalu yakni Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Singa ini menyusut 5,4 persen.

Pertumbuhan PDB tahun ini diperkirakan bergerak di kisaran 4-6 persen pada tahun ini, tetapi prospek masih sangat menantang untuk beberapa sektor penting antara lain penerbangan, transportasi, dan pariwisata.

Selain itu, tantangan pandemi akan memaksa Singapura kembali mencatatkan defisit bujet pada 2021 meski menyusut dibandingkan defisit tahun lalu yang mencapai 13,9 persen dari PDB.

Angka defisit bujet pada tahun lalu tergolong pada level yang sangat tinggi jika dibandingkan defisit fiskal global masing-masing 11,8 persen dari PDB pada 2020 dan 8,5 persen pada 2021 berdasarkan proyeksi International Monetary Fund.

Defisit bujet yang lebih kecil ini akan merefleksikan dampak dari pengeluaran sebelumnya, angka kasus lokal yang mendekati nol, vaksinasi, dan kekhawatiran jangka menengah untuk menjaga belanja agar sejalan dengan pendapatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper