Bisnis.com, JAKARTA — Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya akan menjadi salah satu prioritas dalam Grand Strategi Energi Nasional yang tengah disusun oleh pemerintah.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana mengatakan bahwa hingga 2020, porsi energi baru dan terbarukan (EBT) baru mencapai sekitar 11,5 persen dalam bauran energi nasional. Angka ini masih cukup jauh untuk mencapai target bauran EBT 23 persen pada 2025.
"Kita hanya punya waktu 5 tahun menuju ke sana dan kalau target EBT-nya tidak tercapai pasti komitmen target penurunan emisi gas rumah kaca 29 persen pada 2030 tidak akan tercapai. Kami lihat bahwa pendekatan paling cepat untuk capai target melalui pemanfaatan energi surya," katanya dalam acara Central Java Solar Day 2021, Selasa (16/2/2021).
Pengembangan PLTS dinilai paling cepat dilakukan lantaran potensi sumber energinya berada di mana saja dan studi kelayakannya relatif mudah dilakukan.
Dadan menuturkan bahwa pemerintah telah mencanangkan empat program pengembangan PLTS dalam Grand Strategi Energi Nasional yang merupakan perencanaan energi jangka menengah hingga 2035. Program pertama, yakni pengembangan PLTS terapung di danau, waduk, atau bendungan. Setidaknya terdapat 1.900 MW kapasitas PLTS terapung di Jawa yang berpotensi dikembangkan.
Kedua, mendorong PLTS untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah Indonesia bagian timur. Langkah ini dilakukan melalui konversi pembangkit diesel (PLTD) yang masih banyak digunakan di Indonesia timur dengan pembangkit EBT, terutama PLTS yang dikombinasikan dengan baterai.
Baca Juga
Ketiga, program pengembangan PLTS skala besar. "Misal di Sumba, NTT, kami dorong pengembangan solar park. Ini sedang disiapkan secara teknis untuk melakukan hal tersebut," kata Dadan.
Program selanjutnya, yakni pemanfaatan PLTS atap di rumah, gedung-gedung pemerintahan, dan pabrik-pabrik.