Bisnis.com, JAKARTA – China mencatat deflasi pertama dalam lebih dari satu dekade pada bulan Januari 2021. Ini menandakan tidak seimbangnya pemulihan ekonomi di Negeri Panda tersebut.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (10/2/2021), Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) turun 0,3 persen pada Januari 2021 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, CPI Inti yang mengecualikan harga makanan dan energi juga turun 0,3 persen pada Januari.
Di sisi lain, indeks harga produsen (producer price index/PPI) mencatatkan inflasi 0,3 persen pada Januari 2021, didorong oleh kenaikan harga komoditas.
CPI dan PPI yang bertolak belakang tersebut mencerminkan pemulihan ekonomi China yang tidak merata dari pandemi virus corona karena dengan produksi industri melebihi pengeluaran konsumen.
Pembatasan perjalanan terkait virus corona untuk mengendalikan wabah baru Covid-19 kemungkinan meningkatkan tren tersebut pada Januari karena konsumen semakin membatasi pengeluaran sebelum liburan Tahun Baru Imlek.
Ekonom senior Commerzbank AG Hao Zhou mengatakan inflasi PPI menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih berkinerja lebih baik. Di sisi lain, momentum inflasi di sisi konsumen tidak sekuat yang diharapkan.
“Perbedaan antara konsumsi dan manufaktur ini kemungkinan besar akan berlanjut di masa mendatang," ungkap Zhou seperti dikutip Bloomberg.
Deflasi China yang lebih lemah dalam beberapa bulan terakhir sebagian besar berasal dari efek harga dasar daging babi yang tinggi setahun yang lalu, ketika wabah Demam Babi Afrika telah memangkas pasokan dan menaikkan harga.
Harga daging babi, yang merupakan kontributor utama indeks inflasi di China, turun 3,9 persen pada Januari dari tahun sebelumnya setelah jatuh 1,3 persenpada Desember.