Bisnis.com, JAKARTA — Produsen produk konsumer, PT Kino Indonesia Tbk. mengaku memasuki bulan kedua tahun ini perseroan masih dalam kondisi memantau perkembangan yang terjadi.
Direktur Keuangan PT Kino Indonesia Tbk. Budi Muljono mengatakan dalam rencana peluncuran produk baru perseroan pun masih terus melihat perkembangan kebutuhan dan daya beli dari target pasar.
Menurutnya, perseroan akan memonitor terus perkembangan karena saat ini tidak ada yang bisa meramal pergerakan ekonomi ke depan. Meski demikian, Budi memastikan saat ini pabrik masih berjalan seperti biasa.
"Kondisi produksi baik dan dapat beroperasi dengan normal. Tahun ini akan sangat tergantung dengan penyebaran vaksin dan ketenangan yang dibawa ke masyarakat. Jika telah terbentuk herd immunity kondisi akan berangsur membaik," katanya kepada Bisnis, Minggu (7/2/2021).
Budi sebelumnya mengemukakan tahun lalu dalam situasi yang tidak normal perseroan telah banyak melakukan penyesuaian guna mengelola arus kas dengan fokus produksi hanya untuk sektor yang masih memiliki demand tinggi.
Sebaliknya, perseroan menyatakan telah dan akan menurunkan produksi dari segmen penjualan lain yang kurang sejalan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Meski demikian dengan segmen yang sama misalnya di antara barang personal care ada yang naik dan ada juga yang turun, sehingga agak sulit untuk digeneralisasi.
Baca Juga
Produsen larutan Cap Kaki Tiga ini juga menyatakan belum memastikan penyesuaian harga pada tahun ini. Namun, Budi mengakui bahwa kenaikan harga merupakan salah satu opsi yang akan perseroan lihat dan pertimbangkan untuk melakukan offset terhadap kenaikan harga dan upah.
Adapun mengaku laporan keuangan perseroan, tahun lalu nampaknya memang menjadi tahun berat bagi perseroan. Per September 2020, KINO mencatatkan penurunan penjualan 10,71 persen secara tahunan menjadi Rp3,11 triliun.
Adapun, secara kuartalan, kinerja penjualan KINO juga tak cukup memuaskan mengingat perseroan membukukan penurunan 15,15 persen dibandingkan kuartal kedua sebelumnya menjadi Rp916,98 miliar.