Bisnis.com, JAKARTA — Freeport-McMoRan Inc., salah satu pemegang saham PT Freeport Indonesia, mengantisipasi keputusan rencana akhir alternatif pembangunan smelter tembaga baru di Indonesia bakal diselesaikan dalam tahun ini. Saat ini, ada sejumlah opsi yang tengah dipertimbangkan.
Seperti dikutip dari laporan keuangan dan operasi kuartal IV/2020 Freeport-McMoRan Inc., Kamis (28/1/2021), perusahaan tambang tersebut terus berdiskusi dengan Pemerintah Indonesia mengenai penundaan pengerjaan proyek smelter baru di Gresik, Jawa Timur, dan alternatif lainnya sehubungan ada pandemi Covid-19 dan gejolak ekonomi global.
Alternatif lain yang diusulkan untuk memenuhi komitmen pembangunan smelter sesuai dengan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) adalah melakukan ekspansi 30 persen (300.000 ton konsentrat per tahun) kapasitas fasilitas smelter tembaga milik PT Smelting di Gresik, yang sahamnya dimiliki Freeport Indonesia sebesar 25 persen.
Freeport Indonesia telah melakukan diskusi lanjutan dengan pemegang saham mayoritas PT Smelting, yakni Mitsubishi Materials Corporation. Rencana komersial dan keuangan proyek ekspansi masih dibahas lebih lanjut.
Ekspansi PT Smelting akan mengurangi komitmen pembangunan smelter baru Freeport dari 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi 1,7 juta ton per tahun.
Sembari terus mengevaluasi pengembangan smelter baru di Gresik, Freeport juga tengah berdiskusi dengan pihak ketiga untuk mengembangkan kapasitas smelter baru di lokasi alternatif lain. Bila disepakati, rencana tersebut akan menggantikan pembangunan proyek smelter baru di Gresik.
Baca Juga
President & CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson mengindikasikan bahwa keputusan rencana akhir alternatif pengembangan smelter Freeport di Indonesia akan diselesaikan dalam waktu 6—12 bulan ke depan.
"Kami punya tenggat [pembangunan smelter] yang sedang didiskusikan dengan pemerintah [Indonesia] untuk diperpanjang 1 tahun, tapi kami harus melanjutkan smelter di Gresik area atau mengikuti rencana lainnya ini. Jadi, jelas rencana itu akan diselesaikan dalam jangka waktu itu [6—12 bulan]," kata Richard seperti dikutip dari conference call kinerja kuartal IV/2020, Selasa (26/1/2021).
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan bahwa pihaknya tengah didekati oleh perusahaan asal China, Tsingshan Steel, untuk membangun smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera. Dia mengatakan, rencana kerja sama tersebut masih dalam tahap pembicaraan.
"Kami mau tahu metodenya seperti apa, kapasitasnya berapa, jadwal pembangunan kapan selesainya. Masih pembicaraan, belum ada kesepakatan apapun," ujar Tony dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (7/12/2020).
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi pembangunan proyek smelter tembaga Freeport di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur baru mencapai 5,86 persen sampai akhir 2020.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa target penyelesaian proyek senilai US$3 miliar itu tidak mengalami perubahan, yakni ditargetkan selesai pada 2023. Namun, pemerintah berpotensi memberi relaksasi apabila memang pengerjaan mengalami hambatan akibat pandemi Covid-19.
"Smelter Freeport, undang-undang [UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara] memerintahkan harus selesai 3 tahun. Semua smelter harus selesai 2023. Namun, kami semua sadar bahwa dunia belum seindah 100 persen yang kami harapkan. Kalau ada kendala kami pertimbangkan, tetapi target 2023," terang Ridwan.